Pernahkah Anda dengar orang bicara seperti ini: “Mau pilih resep Nabi
apa pilih resep dokter?”, “mau herbal apa obat kimia?”, “mau vaksin apa
ASI eksklusif?”, dan lain-lain. Seolah kedua hal tersebut kontradiksi
dan hanya boleh memilih salah satu. Ya hanya boleh salah satu pilihan
saja. Begitukah Islam mengajarkan? Mengapa itu bisa terjadi? Ya tidak
tahu kenapa. Tapi saya ingin bahas sedikit ke muara ilmu pengobatan ya.
Tahukah Anda bahwa semua ilmu itu dari Allah? Allah SWT yang Maha
Berilmu itu menurunkan ilmu-Nya kepada manusia melalui dua jalan:
- Lewat perantaraan Nabi (wahyu), dan
- Langsung kepada manusia
Ada karakteristik khas untuk masing-masing jalur ilmu itu dan tidak
boleh terbalik dalam aplikasinya. Bila terbalik bisa fatal akibatnya.
Ilmu Allah yang turun lewat Nabi, termasuk pengobatan Nabi, bersifat
umum, luas, global, dan diyakini mutlak benarnya oleh umat Islam, iya
kan? Sebaliknya ilmu yang langsung Allah beri kepada manusia, melalui
eksperimen, penelitian, percobaan ilmiah, perenungan, pemikiran, ilham
juga khas. Ilmu yang diperoleh melalui eksperimen ini bersifat relatif
kebenarannya. Yang benar hari ini belum tentu benar di kemudian hari.
Iya kan? Kalau ilmu yang dari Nabi sifatnya benar mutlak tapi global,
misalnya: tidak ada kan hadits yang memuat cara operasi bedah tulang,
cara operasi jantung dll. Nah kedua jalur ilmu itu karena sumbernya sama
dari Allah SWT, maka harusnya saling harmonis asal kita tempatkan
sesuai dengan posisinya.
Pengobatan nabi bersifat global, umum sifatnya. Tidak spesialistik
dan detail. Karena memang nabi bukan diutus Allah sebagai dokter, tapi
Rasul. Jadi bila ada orang yang bilang “Rasulullah is my doctor”,
menurut saya dia sudah merendahkan posisi nabi itu sendiri. Masa nabi
disamakan dengan saya (dokter, red)? Karena sifat ajaran pengobatan nabi
yang mutlak benarnya itu bersifat umum, maka untuk yang detail-detail
diserahkan pengembangannya kepada manusia sendiri. Konsep ini
menyebabkan ilmuwan Islam zaman dulu maju berkembang pesat. Saat Baghdad
punya banyak RS mewah, di Perancis orang masih jarang mandi… Jadi untuk
hal-hal spesialistik dan detail seperti cara operasi, cara laparoskopi,
vaksinasi, dll pasti tidak ada haditsnya, iya kan?
Lalu apa saja ajaran pengobatan nabi itu? Banyak, tapi lebih bersifat
promotif dan preventif, dengan aspek kuratif yang ada bersifat umum.
Nabi SAW sendiri sangat hormat terhadap tabib. Saat ada sahabat yang
sakit, beliau panggil tabib yang ahli pengobatan. Jadi nabi sendiri
menghargai dokter. Nabi sangat menghargai pendapat orang lain. Misalnya
kasus perkawinan pohon kurma, saat itu beliau usul suatu cara yang malah
bikin kurma tidak berbuah. Akhirnya setelah diprotes karena panen malah
menurun, beliau SAW bersabda:
أنْتُمْ أعْلَمُ بِأُمُوْرِ دُنْيَاكُمْ
“Kamu lebih mengetahui tentang berbagai urusan duniamu.” (Hadits riwayat Muslim, dalam kitab Shahih Muslim (1366))
Nah beginilah kita memahami imunisasi dalam pandangan Islam. Itu
termasuk dalam “kamu lebih tahu urusan duniamu”. Syaratnya tidak boleh
bertentangan dengan syariat, seperti kehalalan, keamanan, asas manfaat,
dan sebagainya. Tugas para ahli lah yang menentukan standar tersebut.
Jadi tidak relevan kalau ada yang bilang: vaksinasi tidak perlu karena
zaman nabi juga tidak ada vaksinasi, nah dulu juga tidak ada Twitter
kan?
Lalu bagaimana kalau ada orang yang mencukupkan diri dengan nasihat
pengobatan dari Nabi yang sifatnya umum itu, misal: madu, habatussauda,
bekam, dll. Selama kondisi sakit masih ringan dan dalam 3 hari pertama,
bisa ditoleransi. Tapi kalau perlu operasi jantung coba mau cari di mana
hadits tentang itu? Jadi jangan suka ekstrim menolak pengobatan modern
dan menganggap cukup dengan pengobatan ala nabi. Ingat nabi saja
memanggil dokter untuk si sakit…
Menganggap semua pengobatan modern adalah salah karena mengandung zat
kimia adalah salah total. Bukankah oksigen, gula, nasi, air zat kimia?
Menganggap semua herbal adalah aman juga salah total. Bukankah banyak
orang yang menderita kanker karena konsumsi herbal tertentu terus
menerus. Baik pengobatan nabi maupun pengobatan modern, obat herbal atau
obat tablet dan cairan, semua asalnya dari ilmu Allah untuk manusia…
Ranah penelitian dan eksperimen sangat diperlukan untuk pengobatan
modern. Ingat untuk menghasilkan 1 vaksin butuh 10-15 tahun penelitian.
Jadi masih percayakah kita bila hasil penelitian 15 tahun dimentahkan
begitu saja dengan alasan zaman nabi tidak ada vaksin juga sehat?
Bagaimana dengan bekam? Bekam sudah dikenal 2000 tahun sebelum Nabi SAW
lahir. Nabi menyetujui cara bekam. Tapi beliau tidak membekam orang.
Membabi-buta mengatakan “pengobatan Islam hanyalah bekam” bukan suatu
konsep yang benar. Ingat nabi saja memanggil dokter saudara saudaraku…
Mari lebih rasional dan proporsional mendudukkan sesuatu. Jadi jangan
dikotomikan ASI vs Imunisasi, herbal vs tablet, bekam vs operasi.
Di Cina yang komunis saja, terapi tradisional dan modern duduk
berdampingan, harmonis. Untuk kasus akut dan bedah mereka pakai terapi
modern. Untuk kasus kronis, sebagian tumor, dll mereka pakai terapi
tradisional. Masing-masing ada pembagiannya. Harmonis sekali… Di Cina
(saya pernah jadi relawan medis untuk gempa di Cina) pasien pasien
kronis biasanya diterapi tradisional medicine. Ada infus yang
warna hitam… Tapi bila ada kasus trauma karena KLL, fasilitas modern
untuk operasi mereka keluarkan semua. Jadi di satu RS terdapat keduanya,
tradisional dan modern.
Harmonisasi antara dua kutub pengobatan perlu juga dilakukan di sini.
Tidak perlu dikotomi yang disertai sikap ekstrim saling menyalahkan.
Untuk bisa mengobati pasien, seorang dokter kuliah 5 tahun (dokter
umum), 4 tahun spesialis, 4 tahun subspesialis, minimal 13 tahun untuk
jadi konsultan. Lalu tiba-tiba dengan gagahnya seorang anak muda yang
baru kursus bekam 7 hari melarang orang sakit berobat ke dokter ahli
tersebut… hmmm. Padahal nabi SAW manusia paling mulia itu pun sangat
menghargai profesi dokter. Beliau serahkan pengobatan sahabatnya yang
sakit kepada dokter. Nabi mulia itu pun bersabda:
مَنْ تَطَبَّبَ وَلَا يُعْلَمُ مِنْهُ طِبٌّ فَهُوَ ضَامِنٌ
“Barangsiapa berpraktik kedokteran padahal ia belum dikenal menguasai
ilmu kedokteran, maka ia harus bertanggung jawab.” (HR. Abu Dawud, Ibnu
Majah, an-Nasai)
Perkembangan penyakit saat ini tidak bisa dipecahkan dengan ilmu yang
bersifat umum. Satu cara pengobatan untuk semua penyakit. Tidak bisa
saudaraku… Ada anak kawan saya sudah positif demam tifoid (tifus)
menolak antibiotic karena zat kimia, tetap diobati herbal terus masuk
kondisi memburuk… Akhirnya takdir Allah pun berlaku, ia wafat.
Innalillah… Kenapa kita tidak lari dari takdir yang satu menuju takdir
yang lain seperti kata Umar.
Motto saya: Anda boleh cari dokter terbaik di dunia, tapi gantungkan
harapan kesembuhan hanya kepada Allah SWT, Sang Maha Penyembuh… Bila
Anda sakit demam, 3 hari pertama, silakan pakai pengobatan yang Anda
yakini, banyak minum, rukyah, bekam, herbal, dll. Tapi bila kondisi
tidak membaik bahkan memburuk, serahkan urusan pengobatan kepada dokter
yang sekolah belasan tahun itu.
Apakah pengobatan modern itu mengandung zat kimia? Ya, tapi herbal
juga zat kimia. Nasi, air, gula, kopi, susu, semua zat kimia. Yang
penting obat modern itu halal, tidak mengandung zat-zat yang diharamkan.
Bahkan pada obat modern, dosis, efek samping, reaksi alergi sudah
diketahui
Tapi sebagian besar herbal tidak diketahui dosis, efek samping,
reaksi alergi. Selalu dianggap aman dan dianggap bukan zat kimia… Saya
tidak anti herbal, setiap malam saya makan garlic (kapsul bawang putih).
Tapi bila kena infeksi bakteri saya akan minum antibiotika. Tapi saya
yakin penyebab kesembuhan saya bukan pada garlic atau antibiotika, hanya
Allah yang menyembuhkan hamba-hamba-Nya.
Saudaraku, keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan kepada Nabi SAW
jangan membuat kita benci dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk
kedokteran. Nabi SAW saja yang guru besar Thibbun Nabawi (pengobatan
nabi) minta tolong ahli pengobatan pada saat itu. Nabi menghormati
profesi medis. Kenapa sekarang tiba-tiba ada pengarang buku Rasulullah is my doctor,
kemudian dia mencaci habis pengobatan modern. Apa dia lebih hebat dari
Nabi? Yang perlu kita lakukan sekarang adalah memilah mana pengobatan
modern yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Bukan memusuhinya
secara total…
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..