*Di salin dari Penulis aslinya SALIM A. FILLAH
Memaknai batas kadang memberi kita permakluman untuk mengambil ‘udzur. Selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil. Selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi.
Tetapi di jalan cinta para pejuang, para kstaria agung itu bertanya pada hati. Dan mereka menemukan jawab yang membuat jiwa menari di atas batas, meski jasad harus bersipayah mengimbanginya.
Memaknai batas kadang memberi kita permakluman untuk mengambil ‘udzur. Selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil. Selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi.
Tetapi di jalan cinta para pejuang, para kstaria agung itu bertanya pada hati. Dan mereka menemukan jawab yang membuat jiwa menari di atas batas, meski jasad harus bersipayah mengimbanginya.
‘Amr ibn Al Jamuh, lelaki pincang dari Bani Najjar itu
diminta rehat ketika hari Uhud tiba.
“Dengan kaki pincangku inilah”, katanya, “Aku akan melangkah
ke surga!”
Jiwanya menari di atas batas, dan Sang Nabi di hari Uhud
bersaksi, “Ia kini telah berada di antara para bidadari, dengan kaki yang utuh
tak pincang lagi!”
Dengan nikmat Allah yang begitu besar atas jiwa dan raga ini, apa yang harus kita katakan pada ‘Amr ibn Al Jamuh, Ahmad Yassin, dan orang-orang semisal mereka saat kita disaput diam dan santai?
Dengan nikmat Allah yang begitu besar atas jiwa dan raga ini, apa yang harus kita katakan pada ‘Amr ibn Al Jamuh, Ahmad Yassin, dan orang-orang semisal mereka saat kita disaput diam dan santai?
Dengan kemudahan ini, berkacalah kita pada Abu Ayyub Al
Anshari yang di usia delapanpuluh tahunnya bergegas-gegas ke Konstantinopel,
menjadikan pedangnya sebagai tongkat penyangga tubuh sepanjang jalan.
Dan apa jawab kita saat kita ingatkan bahwa ia punya ‘udzur,
tapi justru dia bertanya,
“Tidak tahukah engkau Nak, bahwa ‘udzur telah dihapus dengan
firmanNya, ‘Berangkatlah dalam keadaan ringan maupun berat!’?”
*Ngambilnya dari RUMAH MUROBBI SULAWESI TENGAH
terkadang kekurangan diri menjadi dalil untuk pembenaran diri padahal banyak contoh yg sedang menari diatas batas kekurangannya...semoga menjadi Inspirasi buat kita...
BalasHapusMenari Diatas Batas adalah tarian sang Bidadari untuk menyambut para Pejuang...Kitakah itu ?? Semoga...
BalasHapusSyukron atas segala koment di postingan ini, semoga bisa menjadi penyemangat jiwa-jiwa perindu surga...
BalasHapus