KH Hilmi Aminuddin |
Demikian wejangan (taujih) yang disampaikan Ketua Majelis Syuro PKS,
KH Hilmi Aminuddin dihadapan fungsionaris Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS
Bidang Wilayah Dakwah Banten, DKI Jakarta, dan Banten (Wilda Banjabar)
belum lama ini di Padepokan Madani, Lembang Bandung.
Menurut Hilmi, dalam setiap merancang program atau rencana kerja,
maka terlebih dahulu harus melihat kedalam atau internal organisasi.
Sebab dengan mengenali potensi internal itulah nantinya bisa
diperhitungkan apa saja langkah-langkah keluar organsasi. Berbicara
tentang potensi internal, lanjut Hilmi, maka sejatinya yang utama dan
pertama adalah kader. Sebagai partai kader, maka kewajiban segenap
aktifis PKS harus mempersiapkan perangkat-perangkat kaderisasi partai.
Sebuah keniscayaan jika setiap fungsionaris partai kader terlibat
penuh dalam langkah-langkah panjang menyiapkan kader. Kalau bukan
organisasi kader, tidak ada perlunya menyiapkan langkah-langkah begitu
panjang, menyiapkan personel dakwah. Dan sudah barang tentu, output yang
diinginkan adalah kader-kader terlatih di segala bidang. Jika dia lebih
condong atau diproyeksikan ke bidang sosial, maka jadilah kader yang
terlatih dan menguasai persoalan-persoalan di bidang sosial. Jika dia
menjadi politisi baik sebagai anggota legislatif maupun kepala daerah,
maka dia harus terlatih saat berhadapan atau berkomunikasi dengan
publik.
“Politisi harus bisa menguasai public speaking, sebagai bagian dari
komunikasi dengan rakyat luas. Saya sering mendengar, masih banyak
aleg-aleg kita banyak yang tidak “bunyi” di DPR/DPRD. Atau kalaupun
bunyi malah meninggalkan persoalan,” ujar Hilmi.
Indonesia di era demokrasi seperti saat ini menyajikan ruang dan
peluang terbuka bagi siapapun. Bagi PKS, demokrasi bisa dimaknai sebagai
ruang-ruang yang harus dimasuki untuk mendapatkan peluang-peluang yang
terbuka itu. Dan untuk bisa menangkap banyak peluang itu diperlukan
keterampilan dan kualitas agar bisa berkompetisi.
Sebagai kader dakwah, maka kader PKS harus siap berkompetisi untuk
menjadikan al haq (kebenaran) menjadi sesuatu yang dominan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaliknya jika gagal menampilkan al
haq dalam pentas kehidupan bangsa, maka kebatilanlah yang akan dominan
dan menguasai kehidupan bangsa ini.
Sebagai syarat memiliki daya saing, pengalaman di lapangan sebagai
medan latihan, adalah hal mutlak untuk menghasilkan kualitas dan
profesionalitas dalam berkompetisi. Oleh karena itu jangan pernah
lewatkan berbagai sarana latihan termasuk melatih kepedulian dan
keterampilan membantu masyarakat di lokasi-lokasi bencana. Dalam
mitigasi bencana itu dibutuhkan kesiapsiagaan, kemampuan berkoordinasi
serta menyelesaikan masalah di lapangan. Dan itu adalah sarana terbaik
untuk meningkatkan capacity building kader. Ibarat intan sinarnya akan
muncul jika selalu digosok.
“Saya terkesan dengan sebuah kalimat yang terpampang di gedung Markas
Kopassus TNI AD, Cijantung yang berbunyi, kami bukan prajurit terbaik
namun kami adalah prajurit terlatih”, demikian Hilmi menyontohkan.
Ia pun meminta Wilda mendorong struktur di wilayah-wilayah maupun di
daerah-daerah agar mempersiapkan kader-kadernya dengan berbagai macam
pelatihan-pelatihan. Hal itu dimaksudkan agar kader memiliki kemampuan
qudrot ala tahammul atau kemampuan memikul beban. (SL)
Sumber : http://pkspiyungan.blogspot.com/2010/12/jadilah-kader-terlatih.html
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..