Oleh : Cahyadi Takariawan
Nama Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) mencuat kembali
akhir-akhir ini setelah dikabarkan menemukan obat pembasmi kanker.
Banyak kalangan masih merasa asing dengan organisasi yang satu ini,
namun menjadi terbelalak setelah memberikan kontribusi nyata dalam
bidang pengobatan kanker.
MITI didirikan melalui seminar nasional yang bertemakan “Menyoroti
Peran IPTEK dalam Membangun Industri Nasional yang Mandiri” di Hotel
Indonesia, Jakarta pada hari Sabtu tanggal 17 Januari 2004. Kemudian
MITI dideklarasikan pada hari Ahad, 18 Januari 2004 yang dihadiri oleh
Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, Susilo Bambang Yudhoyono (Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan), Hatta Rajasa (Menteri Negara
Riset dan Teknologi), dan Irwan Prayitno (Ketua Komisi VIII DPR RI).
MITI didirikan sebagai upaya untuk mensinergikan potensi ilmuwan dan
teknolog dengan potensi kalangan lain seperti pemerintah dan legislatif,
akademisi, ekonom, aktivis LSM dan media, dan lain-lain. MITI juga
didirikan sebagai wadah untuk berfikir dan berkarya dalam rangka
membangun Indonesia yang maju dan mandiri.
Sebagai organisasi kemasyarakatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, MITI merupakan organisasi nirlaba (non for profit) dan
terbuka dalam arti siap bekerjasama dengan pihak manapun selama
mendatangkan manfaat bagi anggota serta berkesuaian dengan visi dan misi
MITI. Organisasi ini bertujuan untuk mewujudkan komunikasi yang efektif
antar ilmuwan dan teknolog yang berwarganegara Indonesia dalam
membangun IPTEK-industri untuk Indonesia baru yang tangguh dan mandiri.
Visi dan Misi MITI
Visi MITI adalah menjadi wadah efektif bagi ilmuwan dan teknolog
nasional dalam membangun Indonesia baru yang tangguh dan mandiri.
Sedangkan misi MITI adalah :
- Membangun dan meningkatkan komunikasi efektif antar ilmuwan dan teknolog Indonesia guna mencari solusi terhadap problematika IPTEK-industri nasional
- Menjalin kemitraan strategis dengan asosiasi dan institusi IPTEK-industri baik nasional maupun internasional
- Menggalang sumber-sumber pembiayaan bagi penelitian IPTEK
- Melaksanakan kaderisasi ilmuwan dan teknolog guna menjaga kesinambungan SDM IPTEK
- Melaksanakan kegiatan advokasi, pelatihan, pendampingan dan pelayanan masyarakat di bidang IPTEK
- Memberi masukan kepada lembaga negara bidang IPTEK-industri mengenai arah kebijakan IPTEK-industri nasional.
Ilmuwan MITI Temukan Alat Pembasmi Kanker
Antaranews.com memberitakan bahwa ilmuwan dari CTech Laboratory,
sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan
Teknolog Indonesia (MITI), berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.
“Ini adalah sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil
dilakukan ilmuwan Indonesia”, kata pimpinan tim peneliti CTech
Laboratory, Dr. Warsito P. Taruno.
“Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi. Setelah
alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi
kanker otak,” tambahnya.
Dengan menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker
payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu
telah diuji coba pada seorang pasien penderita kanker otak kecil.
“Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh
total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim
dokter rumah sakit,” kata Warsito yang juga Ketua Umum MITI.
Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar
Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak
kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumbar dan
Aceh. Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menristek Suharna
Surapranata, Dr. Warsito menceritakan proses terapi dari pasien
penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam
kondisi yang mengenaskan.
“Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka
pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa
terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman
yang diasupkan ke mulutnya,” kata Warsito.
Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan
diagnosis dokter. Dalam terapi ini, pihaknya memang bekerja sama dengan
tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di
Jakarta. “Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari
pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa
menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin
membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota
tubuhnya. Dan puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan
sembuh total dari kanker otaknya,” katanya.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini,
sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam
dunia kedokteran. Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis,
juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau
keluarganya. “Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama
ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” katanya.
Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu
dielaborasi lebih jauh. “Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut.
Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia
medis,” katanya.
Sementara, mantan Menristek, Suharna Surapranata, menyambut baik
temuan dari tim CTech dan MITI ini. Menurut dia, perlu kajian lebih
lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan
hasil yang lebih baik. “Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini
satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak,
khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan
agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya
kepada masyarakat Indonesia dan dunia,” demikian Suharna Surapranata.
Profil Dr. Warsito, Ketua Umum MITI
Ketua Umum MITI, Dr. Warsito, adalah salah satu dari “50 Tokoh
Revolusi Kaum Muda” versi Majalah Gatra, Edisi Khusus 2003, “10 Tokoh
yang Mengubah Indonesia” versi majalah Tempo, Edisi Khusus Akhir Tahun
2006, dan juga terpilih menjadi salah satu dari “100 Tokoh Kebangkitan
Indonesia” Versi Majalah Gatra, Mei 2008.
Di dunia akademisi Internasional, Dr. Warsito dikenal sebagai pelopor
dalam teknologi tomografi, yaitu teknologi untuk memindai berbagai
macam objek dari tubuh manusia, proses kimia, industri perminyakan,
reactor nuklir hinga perut bumi. Penemuannya yang paling spektakuler
adalah tomografi volumetric 4D yang dipatenkan di Amerika dan lembaga
paten internasional PTO/WO tahun 2006.
Teknologi temuannya telah digunakan oleh NASA (Lembaga Antarikas
Amerika Serikat) untuk memindai obyek dielektrika pada pesawat
ulang-alik selama misi ke antariksa. Menurut jurnal yang diterbitkan
oleh American Chemistry Society, teknologi temuan Dr. Warsito
diperkirakan akan mengubah drastis perkembangan riset dan teknologi
berbagai bidang dari energi, proses kimia , kedokteran hingga nano
teknologi.
Saat ini Dr. Warsito telah membangun pusat riset dan produksi system
tomografi 4D yang pertama didunia yang berpusat di Tangerang, Banten.
Produk institusinya 100% diproduksi di dalam negeri dengan melibatkan
ilmuwan lokal dan telah mulai di pasarkan di Amerika Serikat.
Selama menjabat sebagai ketua umum MITI sejak tahun 2005, Dr. Warsito
telah membangun jaringan MITI di seluruh Indonesia dan luar negeri,
terutama MITI-Mahasiswa di kurang lebih 50 kampus di 26 Propinsi di
seluruh Indonesia. Program utama yang dilancarkan MITI adalah
meningkatkan kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia,
serta membantu pengembangan SDM mahasiswa Indonesia.
Dr. Warsito juga aktif sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat
(MPP) Partai Keadilan Sejahtera di Komisi Kebijakan Publik yang salah
satunya bertanggung jawab langsung dalam merancang dan menyusun Platform
Pembangunan PKS Bidang Perekonomian.
Sumber :
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..