Dikutip dari buku Teladan Tarbiyah, masuk dalam bingkai Al-Fahmu.
Sejak
usia belia Hasan Al Banna dikenal sebagai sosok orang yang pandai
memecahkan masalah. Keberhimpunan pengikutnya dari berbagai latar
belakang intelektual, ekonomi dan sosial membuktikan dengan jelas hal
tersebut. Demikian pun ketika beberapa orang mencoba usil mengajukan
pertanyaan dengan maksud ingin mengujinya, mencoba kemampuannya, atau
bahkan ada yang ingin mempermalukannya.
Pada suatu hari, seorang alumni Al-Azhar bertanya dengan maksud di atas. Ahzariy (alumni Al-Azhar) tersebut, pada suatu pertemuan terbuka menanyakan tentang nama Ibrahim as yang sebenarnya.
Al-Banna
menjawab bahwa nama Ibrahim adalah tarikh. Sedangkan pamannya bernama
Azar. Dalam Al-Qur’an nama Azar disebut sebagai nama ayah nabi as.
Ibrahim. Hal tersebut terjadi karena dalam terminology gaya bahasa Arab,
nama sering bertukar. Dengan mengutip berbagai penafsiran dalam
berbagai kitab, Hasan Al-Banna berpendapat bahwa Azar bukan nama ayah
ataupun paman Ibrahim. Al-Banna mengucapkan tarikh dengan suara “I”
setelah “r”.
Penanya yang memang ingin mempermalukan Al-Banna tersebut mengatakan bahwa bunyi “r” harus disusul buyi “u”.
Menghadapi
penanya istimewa yang memang tergolong pandai ini, Hasan Al-Banna
menempuh cara dengan cerdik. Maka, dipanggilnya orang tersebut untuk
datang ke rumah Al Banna dan Ahzariy tersebut. Al Banna lantas memberi
hadiah uang dan dua buah buku yang membahas tentang hukum dan kusufian.
Dengan cara tersebut hati penanya yang merepotkan itu pun mencair,
bahkan kemudian tumbuh ikatan cinta. Akhirnya, ketika lain waku bertemu
lagi pada pengajian pekanan yang diisi Hasan Al-Banna, Ahzariy tersebut tidak bertanya hal yang aneh-aneh.
Pada
kesempatan lain, datang lagi orang yang ingin menyulut fitnah dengan
pertanyaan yang sudah sering dibahas dan diperdebatkan-masalah yang
hampir setiap orang sudah mahfum bagaimana jawabannya, yakni tentang
wasilah. Menghadapi pertanyaan tersebut, Hasan Al-Banna hanya tersenyum
dan menjawab, “Saudara, barangkalil yang Anda tanyakan tidak saja
terbatas pada masalah wasilah, tapi sekaligus tentang kata sayyidina Muhammad dalam tasyahud, pahala Al Fatihah dan Yasin untuk orang mati, dan lain-lain!”
Demi mendengar pernyataan Al-Banna yang demikian, orang tersebut langsung menjawab, “Memang benar apa yangn syaikh katakan!”
Dengan
taawadlu Al-Banna memberikan jawabannya, “Saudara, saya ini bukanlah
orang alim. Saya hanya sekedar seorang guru yang hafal beberapa ayat
Al-Qur’an, beberapa hadits Nabi dan hukum-hukum Islam yang saya baca
dari beberapa kitab. Semua yang saya ketahui itu, saya sampaikan kepada
manusia untuk mereka kaji. Jadi, kalau Anda menemui saya untuk
membiacarakan masalah ini, pada hakikatnya Anda telah mempersulit saya.
Sebab, barangsiapa yang mengatakan, “Saya tidak tahu”, pada
hakikatnyanya dia telah memberikan fatwa..”
Ketika
Al-Banna merasakan bahwa jawaban yang ia berikan tersebut dapat
dimengerti, beliau lantas menyambung perkataan, “Sesungguhnya, kita
telah terlibat dalam fitnah seperti ini selama bertahun-tahun, maka
harus cukupkan, jangan diperpanjang-diperkembang. Sebab masalah ini
sudah dipersengketakan para ulama Islan selama beratus-ratus tahun tanpa
ada ujung, tanpa ada titik temu. Dampaknya adalah semakin tajamnya
perselisihan dan permusuhan. Sungguh, Allah menginginkan agar kita
bersatu dan kasih-mengasihi, Allah Ta’ala tidak menyukai perbedaan dan
perpecahan. Oleh sebab itu, mari kita berjanji kepada Allah untuk
meninggalkan masalah seperti ini mulai sekarang, untuk kemudian
bersungguh-sungguh mempelajari ushuludien dan kaidah-kaidahnya,
serta melaksanakan akhlak dan perilaku utama. Selanjutnya, kita ajarkan
kepada seluruh umat manusia sampai semua menjadi bersih hatinya.
Seandainya masalah tersebut sudah tercapai, barulah kita kaji masalah
ini di bawah naungan rasa cinta, keteguhan, dan keikhlasan.”
Mendengar penuturan Al-Banna ini, anak-anak muda itupun berjanji untuk tidak lagi mengungkit-ungkit masalah khilafiah tersebut. Allahu Akbar.
http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/11/05/kefahaman-yang-melapangkan-dada/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..