Semestinya kita tidak lagi menunda-nunda untuk segera
membersihkan diri dari lumpur dosa. Usia yang relative masih muda saat
ini, bukan alasan untuk berleha-leha dari perbaikan diri..
Rasa-rasanya tidak akan pernah ada orang
yang melewatkan hari-harinya dengan menghitung tanggal, Bulan dan tahun.
Apalagi tanggal dan bulan tersebut menyangkut sebuah sejarah penting
menyangkut dirinya yang tidak akan pernah terlupakan. Kita telah
sama-sama mengetahui bahwa ada dua nama-nama bulan yang dilingkup dalam
satu tahunan. Pertama bulan-bulan Masehi dan kedua bulan-bulan
Hijriyyah. Sebagian besar orang meyakini bahwa Tahun Masehi bertitik
tolak dari hari kelahiran Nabi Isa Al-Masih, sedangkan tahun Hijriyah
disefakati titik awal penentuannya dimulai dari hijrah Nabi Muhammad
Saw. dari kota Makkah ke kota Madinah.
Salah satu tokoh yang paling berjasa dalam penentuan kalender Hijriyah adalah Amirul Mukminin ( Kholifah ) Umar bin Khottob. Tujuan utama beliau melakukan kebijakan tersebut, semata agar Ummat islam lebih dekat dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhamad saw. beserta para sahabatnya yang menjadi tonggak dasar tersebarnya Islam ke seantero dunia.
Hijrah yang dilakukan Rasulullah pada pertama kalinya dimaknai sebagai ajakan pada orang-orang beriman untuk berpindah tempat tinggal ke kota tertentu agar terhindar dari kejahatan kaum kafir yang senantiasa berbuat dzalim kepada mereka yang menerima kebenaran Islam. Beberapa kali hijrah di jaman Rasulullah dilakukan baik yang diikuti oleh beliau sendiri atau hanya dilakukan para sahabatnya saja. Tercatat pula dalam sejarah beberapa tempat pernah dijadikan tempat tujuan hijrah. Seperti Thaif, Habsyah dan yang paling spektakuler adalah Yatsrib ( Madinah ).
Seiring perkembangan da'wah yang dilakukan Rasulullah dengan menuai sukses luar biasa, makna Hijrah seperti pada awal mula menjadi tidak lagi dibutuhkan. Makna hijrah kemudian bergeser dari awalnya perpindahan fisik menjadi perpindahan yang lebih bersifat mentalitas. Hal tersebut diperkuat dengan hadits berikut :
Salah satu tokoh yang paling berjasa dalam penentuan kalender Hijriyah adalah Amirul Mukminin ( Kholifah ) Umar bin Khottob. Tujuan utama beliau melakukan kebijakan tersebut, semata agar Ummat islam lebih dekat dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhamad saw. beserta para sahabatnya yang menjadi tonggak dasar tersebarnya Islam ke seantero dunia.
Hijrah yang dilakukan Rasulullah pada pertama kalinya dimaknai sebagai ajakan pada orang-orang beriman untuk berpindah tempat tinggal ke kota tertentu agar terhindar dari kejahatan kaum kafir yang senantiasa berbuat dzalim kepada mereka yang menerima kebenaran Islam. Beberapa kali hijrah di jaman Rasulullah dilakukan baik yang diikuti oleh beliau sendiri atau hanya dilakukan para sahabatnya saja. Tercatat pula dalam sejarah beberapa tempat pernah dijadikan tempat tujuan hijrah. Seperti Thaif, Habsyah dan yang paling spektakuler adalah Yatsrib ( Madinah ).
Seiring perkembangan da'wah yang dilakukan Rasulullah dengan menuai sukses luar biasa, makna Hijrah seperti pada awal mula menjadi tidak lagi dibutuhkan. Makna hijrah kemudian bergeser dari awalnya perpindahan fisik menjadi perpindahan yang lebih bersifat mentalitas. Hal tersebut diperkuat dengan hadits berikut :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ « لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا - الترمذي -
"Tidak ada hijrah setelah pembukaan kota Makkah, tetapi hanya ada
jihad dan niat. Jika kalian diperintah untuk pergi (jihad) maka
pergilah." ( HR Tirmidzy )
Berdasarkan pada hadits ini, sejumlah ulama merinci pengertian hijrah sebagai berikut :
1. Hijrah dari syirik pada tauhid
2. Hijrah dari kufur pada syukur
3. Hijrah dari bid'ah pada sunnah
4. Hijrah dari maksiat pada ta'at, dan lain sebagainya.
Momentum Awal tahun Hijriyah merupakan saat yang tepat untuk mengaplikasikan makna-makna hakiki dari hijrah ini. Mari kita awali hijrah kita di tahun ini dengan introsfeksi diri ( muhasabah ) untuk menatap masa depan yang lebih baik karena berkaca pada apa yang telah kita lakukan di tahun sebelumnya. Setelah itu secara bertahap kita bersihkan hati dari segala noda yang melekat menuju hati yang bening dan suci.
Semestinya kita tidak lagi menunda-nunda untuk segera membersihkan diri dari lumpur dosa. Usia yang relative masih muda saat ini, bukan alasan untuk berleha-leha dari perbaikan diri karena Allah kuasa untuk memanggil siapa saja yang dikehendakinya. Jangan pernah kita terlena oleh kenikmatan dunia. Hidup di dunia ini hanyalah satu kali. Itupun semata-mata untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Rasulullah saw. bersabda Dalam sebuah haditsnya sebagai berikut :
Berdasarkan pada hadits ini, sejumlah ulama merinci pengertian hijrah sebagai berikut :
1. Hijrah dari syirik pada tauhid
2. Hijrah dari kufur pada syukur
3. Hijrah dari bid'ah pada sunnah
4. Hijrah dari maksiat pada ta'at, dan lain sebagainya.
Momentum Awal tahun Hijriyah merupakan saat yang tepat untuk mengaplikasikan makna-makna hakiki dari hijrah ini. Mari kita awali hijrah kita di tahun ini dengan introsfeksi diri ( muhasabah ) untuk menatap masa depan yang lebih baik karena berkaca pada apa yang telah kita lakukan di tahun sebelumnya. Setelah itu secara bertahap kita bersihkan hati dari segala noda yang melekat menuju hati yang bening dan suci.
Semestinya kita tidak lagi menunda-nunda untuk segera membersihkan diri dari lumpur dosa. Usia yang relative masih muda saat ini, bukan alasan untuk berleha-leha dari perbaikan diri karena Allah kuasa untuk memanggil siapa saja yang dikehendakinya. Jangan pernah kita terlena oleh kenikmatan dunia. Hidup di dunia ini hanyalah satu kali. Itupun semata-mata untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Rasulullah saw. bersabda Dalam sebuah haditsnya sebagai berikut :
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ - الترمذي -
Dari Syaddad Bin Aus, Nabi saw. Bersabda : "orang cerdas itu
adalah orang yang mempersiapkan dirinya ( menghisab dirinya ) untuk
akhiratnya dan beramal untuk kelak kehidupan setelah mati. Sedangkan
orang yang lemah ( bodoh ) adalah orang yang senantiasa megikuti
keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah. ( Hr. Timridzy ).
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..