"Semua agama, menghormati demokrasi," kata Karman, 32 tahun, yang 
menjadi penerima Hadiah Nobel bersama dua perempuan lainnya dari 
Liberia, President Ellen Johnson-Sirleaf dan Leymah Gbowee, dalam 
pernyataannya kepada Reuters.
Tanggapan Karman ini menyusul serangan ganas yang menyatakan bahwa 
kaum Islamis sebagai penentang demokrasi setelah mereka muncul sebagai 
pemenang utama dalam pemilu Musim Semi Arab tahun ini.
Pada 
pemilu pertama setelah Musim Semi Arab berlangsung di Tunisia, partai 
moderat Ennahda keluar sebagai pemenang dengan raihan 41% kursi 
parlemen.
Di Maroko, mengikuti jejak saudaranya di Tunisia, partai moderat 
Islam yakni Partai Keadilan dan Pembangunan memenangkan pemilu parlemen 
untuk membentuk pemerintahan baru.
Dalam tahap pertama pemilu 
Mesir, Partai Kebebasan dan Keadilan yang berafiliasi ke Ikhwan serta 
partai salafi An-Nur menjadi dua besar, membuat mereka menguasai 
mayoritas kursi parlemen.
Karman menekankan bahwa masalahnya bukan pada agamanya itu sendiri, tapi pada penafsiran intoleran dari beberapa pengikutnya.
"Masalahnya
 hanya kesalahpahaman dari orang-orang yang mengaku baik itu islam, 
Kristen, Yahudi, atau agama lainnya, lalu seolah-olah mendaku 'inilah 
yang sesuai menurut AGAMA'."
Harapan
Perempuan yang mendapat julukan "Ibu Revolusi" ini
 mengatakan bahwa dia berharap proses kebangkitan yang sedang 
berlangsung di Yaman akan mengubah citra negaranya yang dikenal di luar 
negeri sebagai sarang teroris.
"Sebelum revolusi, reputasi Yaman begitu buruk... 99 persen dari 
mereka berbicara soal terorisme dan (Osama) bin Laden," ujar Karman 
kepada Reuters.
"Tetapi... setelah revolusi, Anda akan melihat 
Yaman yang sesungguhnya, yang penuh kedamaian, negeri penuh impian dan 
pencapaian," tambahnya.
Karman telah memainkan peran kunci dalam aksi unjuk rasa di Yaman 
yang menyebabkan Presiden Ali Abdullah Saleh menyetujui langkah 
pengunduran diri bulan lalu.
Oktober silam, Karman dianugerahi 
Hadiah Nobel tahun 2011 bersama-sama dengan Presiden Liberia Ellen 
Johnson-Sirleaf dan rekan senegaranya Leymah Gbowee.
Sinar bintang Karman memancar terang di Yaman setelah aktivis perdamaian ini ditahan selama hari-hari awal revolusi.
Dia
 menjadi figur kunci di tengah-tengah aktivis muda karena memelopori 
aksinya dengan berkemah di Alun-alun Perubahan (Change Square) di pusat 
kota Sanaa pada Februari, menuntut diakhirinya tiga dekade kekuasaan 
rezim keluarga Saleh.
Dia kerapkali menjadi corong suara aktivis jalanan yang tampil di 
televisi-televisi Arab, menyampaikan laporan pandangan mata dari 
lapangan seputar perkembangan situasi di luar kampus Universitas Sanaa, 
tempat lusinan aktivis gugur ditembak pasukan pemerintah.
Ketiga orang peraih Nobel ini akan menerima hadiah di Oslo dalam 
acara peringatan ke-115 meninggalnya sang donatur Alfred Noble, dan 
berbagi hadiah uang senilai 1,5 juta US dollar.
Sumber: OnIslam
 
 
 
 
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..