Lelah. Mata ini lelah. Selalu terjaga, takut tertidur dan lengah.
Jangan, jangan pejamkan mata, karena tugasmu berjaga. Tengah malam gelap
gulita, mata ini masih terjaga. Berkhalwat khusyuk di kesunyian,
munajat kepada Dia Yang Maha Perkasa. Memohon kekuatan, kemampuan,
keteguhan, ketegaran, dalam perjalanan dakwah yang amat panjang tak
terkira. Pagi-pagi buta, mata ini tetap terjaga, jangan sampai umat
terlanda bahaya dan bencana pada saat kita lengah menjaga mereka. Siang
terang benderang, mata ini selalu terjaga, melakukan hal terbaik bagi
masyarakat, bangsa dan negara.
Lelah. Pikiran ini sangat lelah. Tak
pernah berhenti mencerna ayat-ayat yang dibentangkanNya di alam semesta.
Selalu berpikir, selalu menganalisa peristiwa, selalu merangkai
kejadian di depan mata. Merancang strategi, taktik, upaya, cara dan
sarana. Memetakan potensi para aktivis yang selalu setia bekerja
dimanapun mereka berada. Memetakan jalan bagi kemenangan perjuangan,
meretas kejayaan pergerakan. Memikirkan masa depan masyarakat, bangsa
dan negara. Memikirkan rencana strategis, membangun peradaban masa depan
yang gilang gemilang.
Lelah. Jiwa ini sungguh lelah. Setiap hari disuguhi konflik,
kerusuhan, permusuhan, penyimpangan, dan penyelewengan dimana-mana.
Setiap saat dihadapkan pada persoalan-persoalan kehidupan yang kian
kompleks dan kian merata. Satu persoalan bangsa belum selesai diurai,
muncul persoalan berikutnya. Satu konflik belum selesai dilerai, muncul
konflik di tempat lainnya. Satu kasus belum selesai diungkapkan
kebenarannya, telah menyusul kasus-kasus sekian banyaknya. Persoalan
internal bertumpuk, pada saat yang sama harus tampil tegar menghadapi
persoalan eksternal. Persoalan keluarga mengemuka, pada saat harus
menyelesaikan persoalan bangsa dan negara.
Lelah. Tubuh ini teramat lelah. Tubuh yang jarang dipenuhi
hak-haknya. Kapan sempat olah raga, kapan sempat refresing dengan
keluarga, kapan sempat bercengkerama dalam suasana luang, kapan sempat
istirahat. Teramat sering para aktivis diistirahatkan oleh Tuhan Yang
Maha Penyayang, karena dirinya tidak sempat beristirahat. Tubuh kian
lemah, karena dipaksa terus bekerja, melakukan hal terbaik yang bisa
dikontribusikan di jalan kebaikan. Terlalu sering tidak sempat memenuhi
hak-hak tubuh, sementara ia harus selalu bekerja pagi, siang, sore dan
malam. Terlalu sering tubuh dipaksa melakukan kerja di luar batas
kesanggupannya, karena sangat ingin memenuhi kewajiban di jalan
perjuangan.
Lelah. Kaki ini tak terperikan lelahnya. Menyusuri jalan terjal
mendaki, berliku, penuh duri dan bebatuan keras. Jalan ini harus
ditempuh, karena hanya ini yang akan membawa mencapai tujuan. Tak ada
jalan lain, tak ada jalan pintas. Kaki yang tak pernah berhenti
melangkah, menapaki jalan Kenabian, menapaki jalan para pejuang,
menapaki jalan para pahlawan. Menapaki jalan yang akan membawa umat
kepada peradaban mulia.
Lelah. Tangan ini sangatlah lelah. Melakukan kerja-kerja sosial,
membaktikan karya bagi umat, menciptakan prestasi untuk negeri. Tangan
ini selalu peduli, berbagi, memberi, dan berkontribusi. Tangan yang
selalu kreatif menorehkan kerja nyata bagi masyarakat. Tangan yang
selalu bermanfaat untuk membantu yang lemah, menolong yang resah,
merangkul yang gelisah. Tangan yang selalu terbuka untuk menampung
berbagai keluh kesah, dan siap memberikan bantuan bagi yang memerlukan.
Lelah. Diri ini teramat lelah. Semua potensi diri telah disumbangkan
untuk melakukan yang terbaik. Terus bekerja, terus berkarya, terus
berbuat untuk kejayaan Indonesia. Namun yang kita dapatkan adalah
cemoohan. Sering yang kita dapatkan adalah caci maki dan sumpah serapah.
Tak jarang yang kita temui adalah lontaran kebencian dan permusuhan.
Lelah, rasanya telah habis semua tenaga, tak ada lagi yang tersisa,
kendati kerja belum usai, belum juga tampak hasilnya.
Lelah. Di titik inilah kebahagiaan membuncah. Pada puncak kelelahan
inilah kenikmatan benar-benar kita rasakan bak bunga merekah. Usapan
lembut ayat-ayat Qur’an, “Jika kamu mendapatkan luka, maka sesungguhnya
merekapun mendapatkan luka yang sama”, terasa masuk ke relung jiwa.
Sangat dalam, dan sangat berkesan.
Sangat sejuk ungkapanNya sampai ke dalam dasar samudera jiwa,
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka. Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula),
sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa
yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
Bukan hanya kamu yang lelah. Jangan GR. Mereka juga lelah, semua juga
lelah. Tetapi, apakah kelelahanmu di jalan kebenaran ? Apakah lelahmu
di jalan Kenabian ? Apakah lelahmu di jalan Tuhan Yang Penyayang ?
Jika lelahmu di jalan Tuhan, masih adakah artinya menghitung jumlah
lelah ? Masih perlukah mengeluhkan kelelahan ? Masih adakah keperluanmu
membuat perhitungan dengan kelelahan ?
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..