Menjelang keruntuhan kekhalifahan Islam terakhir di Eropa (Spanyol)
dan Timur tengah. Semua aspek kekayaan Islam telah diadopsi oleh bangsa
yang bahkan tidak mengenal cara mandi sebelumnya, bangsa Eropa. Kaum
feodal ini menjamah seluruh kekayaan, ilmu pengetahuan Islam dan
menjarahnya hingga menjadi lampu penerang bagi mereka dalam menuju
sebuah pencapaian akhir. Dengan tidak mengindahkan aturan agama dan
nilai sosial, inti sari dari peradaban Islam diserap sahabis-habisnya.
Tidak dikenal silsilah keilmuan (amanah ilmu) dalam sejarah barat
sebagaimana Ilmu Islam yang memiliki sanad (ilmu riwayat) dan
dirayatnya, hal ini membawa pendekatan bahwa keilmuan itu hasil
peradaban lain yang sudah tidak otentik lagi alias adopsi dari peradaban
lain.
Lahirnya kaum filosofis yang membawa perubahan besar dalam tatanan
beragama dan bernegara adalah salah awal kebangkitan mereka. Pemikiran
mereka dijadikan tumpuan dalam bertindak dan bangkit dari keterpurukan
di abad pertengahan.
Sekularisme
Dimulai dari sepak terjang kaum sekuler semenjak abad pertengahan di Eropa membuat pengaruh yang sangat besar terhadap konsep pemerintahan dan pemikiran sosial masyarakat hari ini yang disebut sebagai era modern. Sementara zaman dimana Islam berjaya mereka namakan dengan The Dark Ages, padahal tanpa Islam kaum feodal tak akan pernah bangkit. Pemisahan antara negara dan agama adalah salah satu ciri penerapan konsep sekuler. Sekularisme atau Sekulerisme dalam penggunaan masa kini yang secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan tertentu.
Prinsip utama pemisahan gereja di AS, revolusi di Perancis, dan
industrialisasi Inggris adalah berdasarkan ide sekularisme. Pergerakan
menuju pemisahan antara negara dan agama dapat berupa pengurangan
keterikatan antara pemerintahan dengan agama negara, menghapuskan hukum
keagamaan dengan hukum sipil dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil
pada dasar agama. Hal ini dianggap menunjang demokrasi dan melindungi
hak-hak kalangan beragama yang minoritas. Beberapa negara yang telah
menerapkan prinsip ini adalah Kanada, India, Perancis, Turki dan Korea
Selatan. Namun ternyata tidak semua dari negara tersebut yang berhasil
menerapkan prinsip kesetaraan dalam sekularitas, seperti Skandinavia
yang dianggap tidak becus membela kaum minoritas, hingga Perancis yang
melarang penggunaan atribut agama tertentu saja .
Pluralisme Demokratis, Naturalisme dan Liberalisasi
Makna kaum agamis dan hukum-hukumnya yang sering dianggap sebagai kalangan konservatif, cenderung mengalami peyorasi di mata kaum sekular. Mereka dikesankan sebagai kalangan fanatik. Ide dasar prinsip ini adalah untuk menyudutkan hukum agama dari sistem bernegara hingga bermuara pada Pluralisme yang menganggap bahwa semua agama samawi maupun ardhi mempunyai ajaran yang sama. Tujuannya satu, yaitu untuk mengangkat sebuah ide Demokrasi yang berdasarkan pada pencerahan, ilmu pengetahuan dan rasionalisme hingga menjauh dari agama yang dianggap doktrin takhayul belaka. Tak ayal ide ini pula yang mengantarkan sebagian besar orang-orang pintar dan jenius pada “prinsip hidup” yang dinamakan Naturalisme. Sebuah prinsip dan keyakinan bahwa manusia, alam dan seluruh isinya adalah hasil proses alamiah begitu saja tanpa pencipta.
Mulai dari ide naturalisme dalam teori-teori Darwinisme yang
mengatakan bahwa manusia itu mengalami evolusi hingga menafikan
keberadaan Tuhan , sampai pada prinsip hidup ala barat hari ini yang
membebaskan cara berfikir manusia sebebas-bebasnya. Tidak ada sekat yang
membedakan antara manusia dengan binatang dalam cara berbusana
misalnya. “Seorang manusia bebas untuk membuka bagian mana saja dari
tubuhnya karena ia mempunyai hak untuk itu”. Salah satu alasan yang
akhirnya membawa pada konsep Liberalisme. Sebuah ide yang membebaskan
pikiran anak manusia. Tidak ada lagi aturan dari nilai moral sosial atau
agama yang mampu menghalangi keinginan manusia. Akhirnya prinsip ini
akan menghapuskan inti ajaran agama dan moral sosial yang ada.
Hegemoni Barat
Dan untuk menggapai tujuan tersebut banyak cara digunakan oleh “sang dalang utama”. Sistem ekonomi Kapitalisme yang bertujuan merauk keuntungan sebanyak-banyaknya. Semangat pasar bebas (globalisasi market) yang merupakan semangat Neo Kolonialisme melalui liberalisme ekonomi. Perusahaan besar asing tidak dapat dihalangi oleh pihak manapun untuk menanam investasi sebesar-besarnya dan akhirnya tidak sepersenpun keuntungan mengalir ke tangan pribumi. Mayoritas kebutuhan primer dunia pada sumber daya alam dan manusianya saat ini tengah berada di tangan yang salah. Hingga dengan mudah mereka mengatur jalur perputaran market dunia dan membuat sebuah negara menjadi jatuh miskin adalah hal yang sangat logis dengan alibi krisis moneter.
Kantor-kantor berita yang memegang kendali isu yang berkembang pun
tengah berada di tangan yang salah. Akses informasi dunia digiring pada
satu arah dan tidak berimbang. Menyudutkan musuh dan menutupi kebobrokan
sistem. Hingga dengan mudah pula mereka membuat sebuah isu menjadi
fakta dan realita yang akan dipercayai oleh orang banyak. Mulai dari
jejaring sosial Facebook hingga Twitter yang hari ini terbukti dipakai
untuk melacak kegiatan yang dinilai “terorisme” oleh CIA. Begitu pula
Reuters, CNN, Haretz, NYTimes, Wikileaks (Australia) dan lain sebagainya
yang sudah dijadikan standar dalam prosedur terbaik dan teraktual dalam
berita internasional. Namun kenyataannya membawa kepentingan politik.
Gaya hidup Hedonisme menjamur di kalangan jetset dan menengah ke atas
yang mempertajam kecemburuan sosial. Hegemoni barat dalam siklus
informasi global tidak dapat dibendung oleh adat dan norma masyarakat
setempat. Mengarahkan opini rakyat dengan menyebarkan provokasi yang
akan menelurkan sentimen negatif terhadap agama tertentu. Propaganda
barat yang meletakkan Islam sebagai agama Terorisme, para pejuang
pembela tanah air ( Taliban dan Hamas) adalah teroris. Sementara teror
terbesar yang sebenarnya adalah mengintervensi negara lain dengan
mengirimkan pasukan dalam jumlah yang besar untuk membombardir rakyat
negara lain atas nama misi perdamaian tanpa melindungi sipil dan
anak-anak. Fakta dan realita siapa teroris yang sebenarnya
diputarbalikkan dengan sekejap mata.
Negara-negara yang berpenduduk muslim pecah, penempatan Israel di
jazirah Arab sebagai sebuah momok dalam daging bagi bangsa Arab yang
sudah lama bermusuhan satu sama lain. Arab adalah korban dalam
pencapaian misi anti-semit Eropa di abad pertengahan. Provokasi Sunni
dan Syiah yang belum jelas juntrungannya siapa yang memihak siapa.
Hingga semangat Bangsa Arab yang membara untuk meruntuhkan pelbagai
rezim Diktatorisme yang pecah dalam semangat The Arab Spring. Semua
permasalahan ini bercampur baur menjadi satu kesatuan yang bermuara pada
kejayaan kaum feodal yang bersembunyi di balik “peradaban nan berkilau”
di abad ke 21. Padahal bobrok.
Dunia Islam dan seluruh aspeknya sudah diserang secara diam-diam
sejak berakhirnya perang salib. Perang yang bertujuan menghancurkan
sistem nilai, norma dan moral sudah berlangsung sejak lama tanpa kita
sadari. Ghazwul Fikr merupakan perang terindah dan terlembut dalam
sejarah konspirasi anak manusia. Meracuni raja adalah sebuah tindakan
yang bodoh, tapi mempangaruhi massa untuk menyerang dan merampok ke
dalam istana adalah ide brilian.
Phobia Islam
Islam adalah istana yang sedang dijarah. Ilmu pengetahuan dan semua ajaran kebenarannya tengah dirampok, dan nama baiknya tengah diputarbalikkan. Konotasi negatif terhadap Islam ini akhirnya berbuah pada penyakit akut sentimen masyarakat dunia pada Islam yang dinamakan Phobia Islam. Takut akan kejayaan Islam yang dahulu akan kembali lagi. Takut akan kebenaran yang dibawa Islam. Hingga takut akan terhalangnya Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini menjadi alasan bagi mereka dalam menegakkan hawa nafsu belaka. Hak dan kebatilan sudah ditukar dengan kepingan emas.
Sebuah ajaran menyeluruh yang memberikan panduan kebenaran dalam
menata kehidupan manusia mulai dari dalam janin hingga liang lahat,
mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur lagi. Semua aturan ini
tidak dapat dipisahkan dengan negara (sekularisme), tidak bisa pula
ditambah dan dikurangi ataupun dipilah pilih (liberalisme), apalagi
disamakan dengan aturan manusia (pluralisme) yang berujung pada penafian
(Atheisme). Alqur’an dan sunnah Nabi SAW berlaku sepanjang zaman. Yang
membedakannya hanyalah cara pemahaman dan penafsiran mutaakhhirin (baca :
orientalis) yang sering dipandu oleh hawa nafsu dan kepentingan sepihak
tanpa keilmuan yang memadai dan penilaian yang objektif berdasarkan
tuntunan para salaf.
Pemikiran Reflektif
Untuk mengembalikan keditjayaan Islam kembali, butuh pemikiran Reflektif. Yaitu refleksi untuk mengetahui sejauh mana perbuatan umat muslim dapat dapat mempengaruhi naiknya peradaban Islam. Refleksi itu diambil dari bagaimana umat Islam mengambil peran kepemimpinan dari level apa saja. Kita harus bertanya pada diri sendiri, perbuatan apa yang bisa ditunjukkan sebagai muslim yang baik. Dan tiga aspek militer, ekonomi, dan keilmuwan (pendidikan) adalah faktor utama yang menentukan sebuah peradaban itu kuat atau lemah.
Adalah keniscayaan setiap individu muslim hari ini untuk menegakkan
kembali kebenaran dalam agama Islam pada dirinya dan masyarakat
sekitarnya. Tanpa kesadaran dan aksi yang berarti, Islam akan sulit
menaiki lagi tangga kejayaannya. Persatuan umat adalah kuncinya. Dan hal
itu dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Wallahu a’lam bisshowab.
Penulis : Muhammad Zakaria Darlin
Mahasiswa Univ. Al-Azhar, Mesir, Fakultas Bahasa Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Mahasiswa Univ. Al-Azhar, Mesir, Fakultas Bahasa Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
laa khaola wala quwwata illa billahil 'aliyil 'adziim
BalasHapusassalamu'alaikum
sungguh tepat ssekali artikel2 ini semua saudaraku
mari kita kerahkan segala ilmu dan kecintaan lillahita'ala demi persatuan persaudaran umat islam, dengan mengenalkan kepadea seluruh saudara kita tentang pelemahan islam apa yang sudah terjadi saat ini.
alhamdulliah, smoga langkah awal saya ini bisa memberikan setidaknya ketahanan diri baik pemikiran, keimanan, dan moral islam lewat saya dirikan KOPERASI syariah AHADUN AHAD
saya memperhatikan sebuah hadis
"sesungguhnya kefakiran itu dekat dengan kekufuran"
(sumber kelemahan utama umat)
istilah Badan Usaha Koperasi yg kini seakan "dihilangkan" oleh para kapitalis dunia karena merugikan mereka yang tak mampu menyentuh keuntungan dari para anggota KOPERASI yg mandiri dan bersifat asas kekeluargaan dan kesejahteraan anggotanya.
karena mereka berusaha "menghilangkannya" bahkan yang dulunya KOPERASI menjadi soko guru perekonomian diindonesia kini telah dihilangkan dari undang-undang dasar RI. mengapa ? apa yg salah?
kedepannya insya allah dengan doa anda semua dan berpegang kepada Al Quran dan sunah serta meneladani para sahabatnya,
kita bisa bangkit,
satu kunci yg tak bisa dilupakan adalah kita ajak saudara kita untuk mengenal sejarah Rosulullah dan sahabat-y salah satunya lewat film-film islam, misalnya tentang sahabat OMAR ibn khatab.
konsep koperasi yg saya bangun adalah
berbasis syariah,
menggunakan dana koperasi untuk mengatasi pengangguran dengan memberi modal&pelatihan&pengawasan dg DINAS pemerintah terkait kepada pengangguran yg tak punya modal materi kemudian sepaaruh keuntungan akan diberikan kepada pengelola dan separuh diberikan kepada koperasi (sistem bagi hasil)
itu sedikit konsep, mohon saran dan kritikannya untuk membangun.
terimakasih sebelumnya.
semoga kekuatan, keihlasan, kesabaran, ilmu dan semangat selalu dilimpahkan kepada kita semua yang mencintai ALLAH dan rosulnya serta para sahabatnya. aamiin
sekian dari saya kurang lebih nya mohon maaf atas kesalahan kata atau pengetikan beginilah saya yg keterbatasan ilmu ini.
wassalam
Muhammad saefudin
semoga apa yang menjadi cita2 anda dapat terwujud dan di mudahkan Allah.... Aamiin
Hapus