Oleh : Cahyadi Takariawan
Anda memimpin sebuah partai politik, dan kini menghadapi dilema untuk
menentukan keputusan dukungan dalam Pemilihan Kepala Daerah yang akan
segera berlangsung. Dua calon ini, sama-sama memiliki kelebihan,
sama-sama memiliki kelemahan. Kedua kandidat dicela, namun juga dipuji.
Pasangan Kelapa dan pasangan Ketela, dua pasang calon Kepala Daerah yang
akan maju dalam Pilkada langsung di daerah anda.
Pasti, pasangan Kelapa dan pasangan Ketela punya pendukung, punya
pemuja, namun juga punya lawan dan pencela. Tidak ada satupun pemimpin
di muka bumi ini yang bebas dari celaan. Kemanapun bandul pilihan anda
arahkan, akan selalu ada celaan dan akan selalu ada pujian.
Dengan berbagai pertimbangan, partai anda memutuskan untuk mendukung
pasangan Kelapa, maka anda akan mendapatkan pujian minimal dari dua
kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Kelapa, segera mereka
mengelu-elukan anda. Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung
pasangan Kelapa, namun memiliki kedekatan visi, atau kedekatan emosi,
atau kedekatan-kedekatan lain yang lebih praktis. Kelompok kedua ini
ikut memuji anda.
Namun pada saat yang sama anda akan dicela bahkan dicaci maki,
minimal oleh dua kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Ketela
yang menjadi lawan politik pasangan Kelapa. Mereka segera menghujat anda
dengan berbagai cara. Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung
pasangan Ketela, namun memiliki kedekatan visi atau kedekatan emosi,
atau kedekatan-kedekatan corak lainnya dengan Ketela. Mereka ini segera
mencela anda melalui media massa yang mereka punya dan media massa yang
tidak sepaham dengan dukungan anda.
Pertanyaannya, apakah jika keputusan partai anda mendukung pasangan
Ketela, maka anda akan terbebas dari celaan dan caci maki? Tidak, sama
sekali tidak. Kondisi anda sama saja, apakah akan mendukung pasangan
Kelapa atau mendukung pasangan Ketela, anda harus siap mendapatkan
hujatan dan celaan. Apapun pilihan anda, selalu ada pihak yang memuji,
dan selalu ada pihak yang mencaci maki.
Bahkan andai kata anda memilih untuk tidak mendukung kedua pasangan
yang ada, maka sebagai partai politik anda akan menghadapi pujian dan
celaan. Keputusan partai anda yang netral, akan dipuji oleh kelompok
yang kecewa dengan sistem, kelompok yang kecewa dengan dua pasangan yang
ada, serta kalangan lain yang tidak memiliki pilihan terhadap dua
pasangan yang maju Pilkada. Namun anda akan dicela oleh banyak kalangan,
yang menuduh partai anda tidak memiliki sikap yang jelas, atau bahkan
menuduh partai anda bermain dua kaki.
Dalam dunia politik, tidak ada satupun keputusan yang bisa memuaskan
dan menyenangkan semua orang. Keputusan politik, selalu memberikan
ruangan untuk dipuji sekelompok masyarakat, dan dicela oleh kelompok
masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, landasan untuk menentukan keputusan bukan pada
pertanyaan “berapa banyak orang memuji dan berapa banyak orang mencela”,
karena pujian dan celaan selalu bertebaran di sepanjang jalan politik.
Bahkan kenyatannya, orang-orang salih yang dipuji-puji kebaikannya,
sering kalah dalam Pemilihan Langsung. Pujian itu sering mematikan, dan
celaan itu justru menguatkan.
Keputusan yang harus anda ambil adalah berdasarkan visi dan misi
partai yang ingin anda realisasikan. Kemaslahatan bagi masyarakat luas
harus menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan pilihan
tersebut. Menghindari kemudharatan bagi masyarakat luas menjadi
pertimbangan pada sisi sebelahnya. Semuanya saling melengkapi dalam
memutuskan pilihan.
Tentu anda harus memiliki studi yang mencukupi, dengan survei dan
serangkaian uji publik, untuk menjadi pertimbangan penting dalam
mengambil keputusan. Lebih penting lagi, keputusan tersebut didasarkan
atas mekanisme musyawarah yang sesuai dengan tata organisasi dalam
partai anda. Bukan keputusan pribadi pemimpin partai. Bukan keputusan
segelintir orang yang melangkahi mekanisme dan aturan partai.
Jika studi dan analisa mendalam sudah anda lakukan, musyawarah sudah
anda tempuh, keputusan sudah anda ambil, maka tawakal saja kepada Allah.
Siapkan telinga, pikiran dan hati anda untuk tidak bangga karena
keputusan anda dipuji media, dan tidak kecewa karena keputusan anda
dicela media.
Fa idza ‘azamta, fatawakkal ‘alallah.
Putuskan saja, karena anda harus memutuskan, dan nikmati saja resikonya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..