Abbas As-Sisi |
Dia adalah sebaik-baik teman, paling aktif ke masjid dan sangat mencintai teman-temannya. Tiba-tiba, lama sekali tidak kelihatan batang
hidungnya di tengah-tengah mereka. Ketika kemudian ia dapat berkumpul
kembali, tiba-tiba seorang teman datang memaki-makinya. Dengan nada
sedih ia mengatakan padanya,
“Kenapa kamu sekarang menengokku? Ke mana saja kamu dan teman-teman selama ini?
Mengapa tidak berusaha mencariku selama beberapa bulan terakhir ini?
Sebenarnya, saya sangat memerlukan kehadiran kalian di sampingku di saat
istriku meninggal dunia, dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil.
Saya membutuhkan orang-orang yang akrab dengan saya pada saat-saat
kritis seperti itu.”
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi
saudara-saudara yang belum memenuhi kewajiban kepada saudaranya yang
lain dalam hal memantau kondisinya. Ini merupakan kewajiban minimal. Karena Rasul telah besabda, “Bila ia tidak ada maka carilah….”
Ini sekedar contoh, seseorang yang lama
tidak mun-cul dan tidak diketahui penyebabnya, tidak akan jelas
alasannya kecuali setelah menanyakannya.
Satu contoh lagi, sejumlah orang hidup
bersama bertahun-tahun dalam kondisi yang serba sulit —senasib
sepenanggungan—. Tiba-tiba, (sudah menjadi sunnatullah bahwa manusia pasti akan saling berpisah dan berjauhan) karena tuntutan hidup, studi,
atau pekerjaan sehingga kebersamaan itu akhirnya berhenti juga.
Ternyata, ada yang menganggap temannya ini sudah mulai mengambil jarak,
atau pergi karena takut, atau karena mulai melemah keakrabannya, dan
Iain-lain. Sehingga timbullah berbagai macam dugaan. Padahal kita
dilarang melakukan hal tersebut. Allah telah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu
adalah dosa, danjanganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain.” (Al Hujurat: 12)
Kemudian ia menghilang dari ingatan teman-teman-nya, karena mereka tidak memperhatikan haknya.
Setelah lama berselang dan banyak
peristiwa penting terjadi, seperti biasanya dalam perjalanan da’wah,
tiba-tiba mereka dikagetkan dengan munculnya teman lama mereka yang
sudah sekian waktu menghilang. Ia berada di tengah-tengah mereka.
Ia mengorbankan jiwa dan hartanya dengan
penuh ketulusan dan keberanian yang mengagumkan, bahkan membuat malu
sebagian mereka yang belum memahami hakikat da’wah. Seseorang yang sudah
merasakan nik-matnya da’wah,
—da’wah sudah menyatu dalam hati, perasaan, dan pikirannya— maka ia akan
menganggap murah semua yang ada padanya. Da’wah lebih mahal dibanding
semua yang dimiliki.
Seorang da’i harus senantiasa husnuzhan, tidak
me-rendahkan yang lain, atau merasa dirmya lebih baik dari yang lain
dalam barisan da’wah. Bahkan, seorang da’i pada saat tertentu ada di
depan, pada saat yang lain ada di barisan belakang.
Setiap orang yang pernah tersentuh ruh
da’wah nis-caya akan tetap hidup bersama da’wah hingga menemui Allah.
Karenanya seorang da’i harus selalu husnuzhan kepada sesama
saudaranya dan menutupi aibnya, sampai ia sadar dan kembali ke jalan
yang benar. Sehingga, ketika seorang da’i kembali kepada teman-temannya,
ia tetap menjumpai suasana saling mencintai. (24092013)
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..