Assalamu Alaikum, Selamat datang Saudaraku. Semoga BLOG ini bermanfaat dan harapan kami agar Anda sering datang berkunjung. Wassalam. ==> YAHYA AYYASY <==

Strategi Psikologis dalam Forum Dialog Umum

Abbas Hasan As Sisi

Abbas As Sisi

Terkadang, dalam suatu acara kita dihadapkan pada sesuatu yang mendadak dan mendesak, serta masalah yang tidak ada kesepakatan sebelumnya. Bahkan sebagian hadirin tidak pernah kenal sebelumnya. Suatu ketika —dalam suatu diskusi—, tiba-tiba pembicaraan berkisar tentang da’wah Ikhwanul Muslimin. Saya paparkan beberapa pom seputar pemikiran Al Ikhwanul Muslimun, sejarah, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Setelah ceramah, saya menunggu reaksi para peserta.

Muncullah pertanyaan dari salah seorang peserta, ia mengatakan, “Kita adalah Ikhwan, apa sikap kita terhadap orang-orang yang menghalangi da’wah kita? Saya ingin penjelasan tentang pokok-pokok pemikiran Ikhwan dan sejarahnya sehingga saya dapat membelanya?”

Pada saat yang bersamaan ada peserta lain yang bertanya, “Kalian adalah Ikhwan. Bagaimana kalian menghadapi tantangan, tuduhan, dan rencana musuh-musuh da’wah Islam?”

Dari dua tanggapan tersebut, saya menyadari sekaligus menyimpulkan bahwa penanya pertama telah dibukakan hatinya oleh Allah sehingga merespon dan merasa mantap terhadap da’wah Ikhwan. Sementara penanya kedua masih ragu-ragu dan belum mantap menerima manhaj da’wah Ikhwan, sehingga masih perlu mendapat banyak penjelasan. Maka, langsung saja saya mengarahkan perhatian dan pembicaraan kepada penanya kedua dengan penuh rasa hormat. Saya tidak berusaha membantah dan menghubungkan pertanyaannya dengan penanya pertama. Seandainya saya melakukan hal itu, berarti saya telah membuat jarak secara kejiwaan antara keduanya karena terjadi perbedaan pemikiran/pendapat.

Sebenarnya, secara kejiwaan seseorang itu tidak menyukai orang lain yang tidak sependapat dengannya.
Saya menyadari bahwa menyampaikan da’wah pada sekelompok orang yang mempunyai latar belakang dan tujuan berbeda-beda, kecil kemungkinannya dapat menembus hati dan pikiran mereka, karena jumlahnya yang banyak. Yang terjadi justru munculnya perbedaan pen-dapat dan madzhab. Karena kebiasaan seorang pembicara adalah mempertahankan pendapatnya, baik ber-dalih kepada kebenaran maupun kebatilan, sehingga timbullah perdebatan yang tak bermanfaat.

Akan tetapi da’wah fardiyah adalah menyentuh inti permasalahan dan memberikan kesempatan lebih luas dalam berdialog yang bebas dan tenang atau dalam bahasa da’wah “billati hiya ahsan “, 5ehingga dapat saling tukar pandangan dan adu argumentasi. Da’wah fardiyah merupakan cara untuk saling terbuka, karena terkadang ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diungkap di depan umum.

Seperti tuduhan-tuduhan buruk yang sempat merasuki pikiran generasi muda, yang tidak mengetahui hakikat sebenarnya tentang kondisi politik : Kairo yang dikendalikan oleh musuh-musuh da’wah Islam, yaitu musuh-musuh yang selalu ingin menutup jalan Allah. Namun, Allah berkuasa terhadap utusan-Nya, “Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf:21)

0 Komentar:

Posting Komentar

Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..

Recent Post widget Inspirasi Rabbani

Menuju

Blog Tetangga

Blog Tetangga
Klik Gambar untuk Berkunjung

Luwuk Banggai SULTENG

Luwuk Banggai SULTENG
ebeeee......