Semua orang yang pernah menempuh pendidikan pasti bisa menulis, namun
ternyata masih sangat sedikit orang membuat karya tulis. Padahal
menjadi penulis itu tidak sulit, hanya memerlukan TIGA langkah saja.
Langkah Pertama: Modal Menjadi Penulis
Modal untuk menulis bukanlah bakat. Lewat pembelajaran yang tekun,
bakat bukan pemegang kunci utama. Menurut Naning Pranoto dalam buku “24
Jam Creative Writing” modal menjadi penulis ada enam. Modal Pertama adalah tekad mantap dan mau melakukan praktik menulis secara berkesinambungan.
Kedua, banyak membaca berbagai buku untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan. Ketiga, banyak bergaul atau bersosialisasi untuk
menyelami kehidupan yang lebih baik. Keempat, mempelajari bahasa dan
memahami berbagai kosakata sebagai media menulis. Kelima, mempunyai
sarana untuk menulis. Misalnya, komputer atau laptop. Jika tidak, pakai
buku tulis atau kertas belanja pun jadi. Keenam, bertekad kuat menulis
karya bermutu.
Langkah Kedua: Memulai Menulis
Bagaimana cara memulai menulis? Tentukan dulu materi yang akan
ditulis. Apa pun yang ada pada diri kita atau ada di sekitar kita bisa
menjadi bahan tulisan. Ibarat pohon, ada dua cabang utama penulisan
kreatif, yakni fiksi dan nonfiksi. Fiksi merupakan sebuah karya
berbentuk karangan yang dihasilkan dengan cara mengkhayal atau
berimajinasi dalam pikiran. Bisa memadukan antara fakta dan imajinasi.
Buku Laskar Pelangi berangkat dari pengalaman pribadi penulisnya, Andrea
Hirata. Laskar Pelangi merupakan karya fiksi berbentuk novel. Fiksi
lainnya antara lain cerpen, legenda, dongeng, naskah drama, skenario
film, lirik lagu, puisi, dan seterusnya.
Sedangkan non fiksi adalah sebuah tulisan atau karangan yang
dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau faktual. Atau, cerita
kehidupan sehari-hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Isi tulisan
nonfiksi bukan fiktif, bukan hasil imajinasi atau rekaan penulisnya.
Contohnya adalah artikel ilmiah, opini, resensi buku, ilmiah populer,
skripsi, tesis, dan tulisan-tulisan yang berisi pengalaman pribadi
penulisnya.
Ingat : tentukan pangsa pasar yang hendak anda inginkan dengan
tulisan itu. Tentukan pula tujuan dari penulisan yang anda lakukan.
Secara teknis, menulis bisa dimulai dari mana saja. Bahkan, bila
ingin memulai dengan mengumpat, menjerit, menangis, atau bersyukur.
Letupkan saja emosi Anda, jangan ditahan. Anda bisa curhat lewat
tulisan. Di bagian akhir, barulah Anda perbaiki kata-kata yang sekiranya
kasar.
Bagi seorang karyawan atau pegawai, tiap saat ia bisa menuliskan
kepenatannya pada suasana kantor. Misalnya ketidaksukaan pada pimpinan
atau pada teman kerja. Menurut Naning Pranoto, cara itu bisa mengurangi
70 % dari beban mental. Jika persoalan kantor ditulis dengan baik, tidak
mustahil menjadi tulisan yang menarik. Bahkan bisa jadi buku tentang
bagaimana mengatasi persoalan di kantor. Tulisan ini termasuk kategori
nonfiksi. Bila ingin berimajinasi tentang situasi hati Anda, bisa
dikembangkan menjadi fiksi. Mulailah menulis tentang ganjalan hati anda
di tempat kerja.
Aktivitas keseharian ibu-ibu juga menarik menjadi bahan tulisan.
Misalnya mempunyai anak yang berhasil menjadi sarjana, bisa dituliskan
bagaimana cara mendidik anak sampai sukses. Bila ada 10 orang ibu
menulis pengalamannya, pasti bisa menjadi buku. Pengalaman masing-masing
ibu pasti berbeda sehingga bisa memberi inspirasi dan motivasi bagi
pembaca. Mulailah menulis dengan menceritakan suka duka dalam mendidik
anak hingga sarjana.
Bahkan aktivitas belanja yang biasa dilakukan ibu-ibu bisa menjadi
materi tulisan yang menarik. Contohnya buku “Miss Jinjing, Belanja
Sampai Mati” yang ditulis berdasarkan catatan harian penulisnya –Amelia
Masniari– tentang pengalaman berbelanja, yang semula ditulis di blog
pribadi. Termasuk tulisan tentang kegiatan arisan. Misalnya dalam arisan
itu ada kegiatan lain yang bermanfaat. Arisan tak hanya ngerumpi tapi
ada kegiatan yang bermakna. Kumpulan resep masakan pun bisa menjadi
bahan tulisan.
Sangat penting untuk diperhatikan, menulislah dengan baik. Bukan asal
menulis. Ada banyak gaya orang menulis, apalagi dengan semakin
populernya jejaring sosial, bahasa dan kalimat yang digunakan sangat
beragam. Menulis yang baik itu adalah sebuah proses. Meliputi pemilihan
kosa kata, kalimat, dan tanda baca yang baik. Termasuk cara membuat
judul dan subjudul yang baik. Pada titik tertentu dari keinginan untuk
menulis, Anda bisa belajar menulis di lembaga-lembaga bahasa dan
penulisan.
Untuk bisa menulis yang bak, bisa juga dilakukan dengan dialog dan
menimba pengalaman kreatif dari para pengarang dan penulis yang telah
berkarya. Bisa juga bisa belajar sendiri melalui buku-buku teori
creative writing. Dan yang paling penting adalah belajar lewat
pengalaman menulis. Semakin rajin meluangkan waktu menulis, Anda pun
akan bisa menulis dengan baik.
Langkah Ketiga: Sosialisasi dan Promosi Karya
Setelah tulisan selesai, Anda perlu menyosialisasikan tulisan
tersebut. Penulis merasa bahagia apabila tulisannya dibaca dan
diapresiasi orang lain. Cara paling gampang dan sederhana untuk
keperluan ini adalah membikin blog pribadi. Banyak contoh
tulisan-tulisan yang menarik di blog akhirnya diterbitkan menjadi buku
laris. Dengan menyosialisasikan tulisan atau bagian tulisan di dalam
blog, maka akan membuka ruang dialog dengan banyak kalangan, sekaligus
bisa melihat respon pasar.
Promosi karya tulis sudah menjadi sebuah keharusan. Seringkali
promosi dari penerbit sangat minimalis dengan alasan biaya, maka penulis
ikut berjuang untuk mengenalkan karyanya kepada khalayak. Jangan
biarkan buku Anda “bertarung” sendirian di toko buku. Cara paling mudah
juga lewat jejaring sosial dan teknologi informasi, seperti Facebook,
Twitter, email, BBM dan SMS. Tidak perlu ragu dan malu untuk mengirim
pesan melalui media jejaring sosial dan teknologi informasi kepada
masyarakat untuk mempromosikan karya kita.
Sumber:
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..