Setelah membaca hasil polling
online beritasatu.com tentang partai paling bersih korupsi yang hingga
tulisan ini Saya posting telah menempatan PKS pada urutan teratas (87%),
maka Saya tertarik untuk mengirimkan catatan-catatan Saya tentang PKS
yang memang sudah lama tersimpan di folder komputer Saya. Berikut ini
adalah sedikit catatan Saya tentang PKS yang Saya tulis ketika dunia
publisitas di negeri ini dihebohkan oleh kasus impor daging sapi:
Miris memang membayangkan nasib PKS di tahun politik ini. Ketika sedang asyik-asyiknya berada di puncak sukses mengangkat jargon ‘Bersih’ tiba-tiba serangan bertubi-tubi datang dari berbagai arah. Serangan darat tidak hanya sekali atau dua kali, serangan udarapun berkali-kali terus digencarkan oleh pihak-pihak pengendali media. Kasus dugaan suap kuota impor sapi yang terus diledakkan oleh KPK menuai beragam sorotan dari berbagai kalangan. Mulai dari para pengamat, LSM, politisi, tokoh masyarakat, dan tentu saja media yang hingga saat tak henti-hentinya terus melumat PKS dengan berbagai opini mereka. Sebagian masyarakat terprovokasi dan akhirnya turut berkontribusi melancarkan hujatan dan caci maki. Namun ada pula yang mencernanya dengan pikiran cerdas dan kritis yang melahirkan otokritik bagi penegakan hukum yang benar dan tidak tebang pilih. Bagi PKS sendiri walau sudah terbiasa mengalami tribulasi namun baru kali ini sepertinya PKS mengalami hentakan psikologis yang luar biasa.
Miris memang membayangkan nasib PKS di tahun politik ini. Ketika sedang asyik-asyiknya berada di puncak sukses mengangkat jargon ‘Bersih’ tiba-tiba serangan bertubi-tubi datang dari berbagai arah. Serangan darat tidak hanya sekali atau dua kali, serangan udarapun berkali-kali terus digencarkan oleh pihak-pihak pengendali media. Kasus dugaan suap kuota impor sapi yang terus diledakkan oleh KPK menuai beragam sorotan dari berbagai kalangan. Mulai dari para pengamat, LSM, politisi, tokoh masyarakat, dan tentu saja media yang hingga saat tak henti-hentinya terus melumat PKS dengan berbagai opini mereka. Sebagian masyarakat terprovokasi dan akhirnya turut berkontribusi melancarkan hujatan dan caci maki. Namun ada pula yang mencernanya dengan pikiran cerdas dan kritis yang melahirkan otokritik bagi penegakan hukum yang benar dan tidak tebang pilih. Bagi PKS sendiri walau sudah terbiasa mengalami tribulasi namun baru kali ini sepertinya PKS mengalami hentakan psikologis yang luar biasa.
Sebelum tahun politik ini pula PKS juga sudah sering diberikan serangan-serangan pemanasan seperti yang masih lekat dalam ingatan kita yaitu Kasus Misbakhun yang akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung setelah mengajukan PK pada tahun 2012. Pada tahun 2010, seorang elit PKS yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring juga sempat menjadi target serangan mereka dengan mem-blow up jabatan tangannya dengan Michelle Obama. Boleh dikatakan itulah jabatan tangan terheboh sepanjang sejarah umat manusia hingga media luar negeripun seperti The Washington Post ikut-ikutan memberitakannya. Pada tahun 2011 PKS juga pernah didera oleh gosip video porno yang menyeret nama Anis Matta yang pada saat itu masih menjabat sebagai Sekjen Partai.
Namun akhirnya dapat dibuktikan
bahwa pemeran video mesum itu ternyata bukan Anis Matta. Pada tahun yang
sama juga terjadi operasi cyber terhadap PKS. Kali ini target yang kena
sasaran adalah Arifinto yang merupakan anggota fraksi PKS di DPR RI.
Nasib na’as dialami Arifinto ketika membuka email yang tidak jelas
pengirimnya melalui gadget miliknya pada saat sidang paripurna DPR.
Email tersebut mengarahkannya ke situs video porno dan anehnya disaat
yang sama salah seorang wartawan foto Media Indonesia bernama Arif
membidiknya dengan tepat di antara 500 lebih peserta sidang paripurna
dan akhirnya pret pret pret.
Mediapun gegap gempita memberitakannya. PKS
sendiri menduga ini adalah ulah dari oknum-oknum yang merasa dirugikan
karena situs-situs porno mereka kena blokir oleh kementerian Kominfo
yang digawangi oleh kader PKS juga. Di tengah silih bergantinya badai
yang menerpa PKS, sosok Yusuf Supendi (sekarang menjadi caleg Hanura)
muncul secara sporadis untuk menambah dahsyatnya serangan terhadap PKS.
Sosok inipun ditengarai sering dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik PKS
sebagai senjata pamungkas untuk merontokkan citra PKS.
Kini KPK hadir sebagai aktor yang akhirnya turut mewarnai drama politik penghancuran PKS yang entah kapan akan berakhir. Oknum KPK di mata kader PKS terlanjur diposisikan sebagai pihak ‘antagonis’ dalam perkara dugaan suap kuota impor sapi yang menyeret nama seorang makelar proyek bernama Ahmad Fathonah. Tak tanggung-tanggung, pada episode ini yang menjadi target adalah pucuk pimpinan partai yang kini mantan Presiden PKS , Luthfi Hasan Ishak. Perdebatan sengit terjadi dalam berbagai diskusi hukum menanggapi aksi penangkapan Luthfi Hasan Ishak yang dinilai cacat hukum oleh sebagian pakar, diantaranya dalah Prof. Teuku Nasrullah, DR. Yenti Ganarsih, Prof. Romli Atmasasmita, Prof. Yusril Ihza Mahendra dan belakangan pengacara senior OC Kaligis pun ikut berkoar hingga berani mempertaruhkan lehernya untuk dipotong jika PKS dibubarkan. Namun pada tulisan ini tidak hendak membahas berbagai argumentasi hukum dari para pakar tersebut. Penulis hendak mengajak kita untuk sedikit mengidentifikasi latar profil siapa sebenarnya kalangan yang terkesan begitu tendensius dan kurang imbang melihat kasus ini secara adil.
1. Media
Setelah menelusuri berita-berita terkait kasus ini dapat disimpulkan bahwa beberapa media yang begitu heboh dan sangat tendensius mem-bully PKS adalah TV One, Metro TV, MNC, Tempo, Detik.com, Merdeka.com, Inilah.com, Okezone.com. Pembaca pasti sudah cukup mafhum dengan sepak terjang berita yang dimainkan oleh media-media ini khususnya TV One, Metro TV dan MNC. Ketiga media televisi nasional tersebut kebijakan redaksionalnya sangat dipengaruhi oleh bos besarnya. TV One dimiliki oleh Abu Rizal Bakri (ketua umum Partai Golkar), Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh (ketua umum Partai Nasdem), dan MNC dimiliki oleh Hary Tanusudibyo (ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura).
Kini KPK hadir sebagai aktor yang akhirnya turut mewarnai drama politik penghancuran PKS yang entah kapan akan berakhir. Oknum KPK di mata kader PKS terlanjur diposisikan sebagai pihak ‘antagonis’ dalam perkara dugaan suap kuota impor sapi yang menyeret nama seorang makelar proyek bernama Ahmad Fathonah. Tak tanggung-tanggung, pada episode ini yang menjadi target adalah pucuk pimpinan partai yang kini mantan Presiden PKS , Luthfi Hasan Ishak. Perdebatan sengit terjadi dalam berbagai diskusi hukum menanggapi aksi penangkapan Luthfi Hasan Ishak yang dinilai cacat hukum oleh sebagian pakar, diantaranya dalah Prof. Teuku Nasrullah, DR. Yenti Ganarsih, Prof. Romli Atmasasmita, Prof. Yusril Ihza Mahendra dan belakangan pengacara senior OC Kaligis pun ikut berkoar hingga berani mempertaruhkan lehernya untuk dipotong jika PKS dibubarkan. Namun pada tulisan ini tidak hendak membahas berbagai argumentasi hukum dari para pakar tersebut. Penulis hendak mengajak kita untuk sedikit mengidentifikasi latar profil siapa sebenarnya kalangan yang terkesan begitu tendensius dan kurang imbang melihat kasus ini secara adil.
1. Media
Setelah menelusuri berita-berita terkait kasus ini dapat disimpulkan bahwa beberapa media yang begitu heboh dan sangat tendensius mem-bully PKS adalah TV One, Metro TV, MNC, Tempo, Detik.com, Merdeka.com, Inilah.com, Okezone.com. Pembaca pasti sudah cukup mafhum dengan sepak terjang berita yang dimainkan oleh media-media ini khususnya TV One, Metro TV dan MNC. Ketiga media televisi nasional tersebut kebijakan redaksionalnya sangat dipengaruhi oleh bos besarnya. TV One dimiliki oleh Abu Rizal Bakri (ketua umum Partai Golkar), Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh (ketua umum Partai Nasdem), dan MNC dimiliki oleh Hary Tanusudibyo (ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura).
Motif mereka
jelas, yaitu politis walaupun sebagian menilainya karena alasan
komersial, maklum saja karena kapitalisme juga kini merambah industri
penyiaran di Indonesia. Media-media online yang terus menjadikan kasus
ini sebagai menu utamanya tentu bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tapi
juga terjebak pada persaingan meningkatkan rating. Khusus tempo,
terdapat indikasi bahwa ada keengganan dari unsur petinggi di majalah
tempo yang tidak ingin kasus Century diobok-obok, sehingga setiap kolom
di majalah tempo jangan sampai terisi oleh kasus Century. Ada apa?
Kabarnya ada petinggi salah satu media nasional yang berjasa
mempertemukan Robert Tantular (pemilik bank Century) dengan Sri Mulyani
di Washington.
2. Pengamat Politik
Burhanudin Muhtadi, walau pernah disebut Anis Matta sebagai outsider yang ‘insider’ sepertinya juga ikut tergoda untuk memberi argumentasi yang kurang menguntungkan bagi PKS, tapi toh ternyata apa yang pernah diramalkan oleh para pengamat tersebut bahwa PKS akan terjun bebas ternyata tidak terbukti. Malah Jawa Barat dan Sumut berhasil direbut PKS justeru ditengah badai isu yang menghantam. Siti Zuhro, Boni Hargens, Ikrar Nusa Bakti, Fajlur Rahman dan para pengamat lainnya, komentar mereka tentang kasus ini juga tak kalah pedasnya.
3. Tokoh Nasional
Mahfud MD, mantan ketua MK ini adalah satu diantara sekian tokoh besar yang kelihatannya sangat mendorong KPK untuk terus fokus menggarap habis kasus dugaan suap kuota impor daging sapi ini. Belum pernah ada komentar Mahfud MD terkait kasus-kasus yang lebih besar seperti Century dan suap di Nakertrans atau Hambalang.
Jika kembali membuka memori politik pada tahun 2001 ketika Mahfud MD masih di PKB, tokoh ini sempat menaruh kekecewaan yang besar terhadap PKS karena tidak ikut membela Abdurrahman Wahid ketika dilengserkan dari kursi presiden RI. Wajar jika pada saat PKS terseret-seret pada kasus yang menimpa LHI maka Mahfud MD berkomentar cukup sinis.
4. LSM
ICW adalah satu-satunya LSM yang begitu getol mewacanakan pembubaran PKS. Mereka adalah narasumber yang paling diburu oleh para wartawan selain KPK. Akhirnya, toh terkuak juga apa motif dibalik semangat ICW mem-bully PKS habis-habisan. Sikap berbeda justeru mereka tunjukkan pada kasus-kasus besar yang didiamkan KPK. ICW diam ketika KPK terpaksa harus memeriksa Sri Mulyani di Amerika sebagai saksi kasus Century, ICW ‘no comment‘ ketika Muhamad Nazarudin menyebut seluruh anggota Fraksi Demokrat ikut menerima uang dari Nazaruddin, ICW juga diam seribu bahasa ketika Abraham Samad tidak menepati janjinya untuk mundur dari KPK dan pulang kampung jika kasus Century tidak tuntas dalam setahun. Catatan terpenting tentang ICW yang paling menghebohkan adalah tentang dana pihak asing yang mengucur ke ICW. Dana 45,470 ribu dolar AS itu dikucurkan melalui Bloomberg Initiative yang merupakan milik dari seorang taipan dan politisi Yahudi yang juga Walikota New York, Michael Bloomberg. Oh ya Bang Teten Masduki, boleh tau gak, apa sih pesan yang dititipkan om Bloomberg pada ICW? Jika alasannya dana itu untuk kampanye anti rokok pada anak-anak kenapa tidak diserahkan saja pada bang Aris Merdeka Sirait yang ketua KPAI? ICW kok ngurusin anak-anak!
5. (Operasi) Intelejen
Kecurigaan ini wajar-wajar saja ada mengingat kepemimpinan saat ini diketahui memiliki hubungan yang tidak biasa dengan poros kekuatan barat yang dikendalikan Amerika. Kekhawatiran pihak luar tidak perlu diherankan lagi setelah munculnya kekuatan Islam baru di Mesir, Turki, dan Hamas di Palestina. Bangkitnya poros kekuatan Islam hanya tinggal menunggu hadirnya pemimpin Muslim sejati dari Asia setelah ada Mursi dan Haniyah dari poros Afrika, Erdogan dari poros Eropa. Kebangkitan Islam yang ditakuti Amerika dan Israel kini telah memunculkan awan mendung di dunia barat. Intelejen dalam negeri pun jika dicermati komentar-komentar mantan kepala BIN, Hendro Priyono, tak kalah gerahnya dengan partai ini.
Apapun akhir dari kasus atau skenario ini akan sangat berarti bagi PKS. Harapannya tentu akan berakhir dengan husnul khotimah. Laksana sebuah fenomena alam berupa cuaca ekstrim maka keadaan ini tentu tak akan terjadi selama-lamanya. Selanjutnya apakah LHI akan menghadapi peradilan yang benar atau sesat? Kita tunggu dan kita awasi bersama! Semoga masih ada hakim yang karena rasa takutnya kepada Allah ia dapat mengadili dengan kejujurannya, bukan dengan kebencian atau kejahilannya.
Oleh :Defra Ekasakti
http://muslimina.blogspot.com/
2. Pengamat Politik
Burhanudin Muhtadi, walau pernah disebut Anis Matta sebagai outsider yang ‘insider’ sepertinya juga ikut tergoda untuk memberi argumentasi yang kurang menguntungkan bagi PKS, tapi toh ternyata apa yang pernah diramalkan oleh para pengamat tersebut bahwa PKS akan terjun bebas ternyata tidak terbukti. Malah Jawa Barat dan Sumut berhasil direbut PKS justeru ditengah badai isu yang menghantam. Siti Zuhro, Boni Hargens, Ikrar Nusa Bakti, Fajlur Rahman dan para pengamat lainnya, komentar mereka tentang kasus ini juga tak kalah pedasnya.
3. Tokoh Nasional
Mahfud MD, mantan ketua MK ini adalah satu diantara sekian tokoh besar yang kelihatannya sangat mendorong KPK untuk terus fokus menggarap habis kasus dugaan suap kuota impor daging sapi ini. Belum pernah ada komentar Mahfud MD terkait kasus-kasus yang lebih besar seperti Century dan suap di Nakertrans atau Hambalang.
Jika kembali membuka memori politik pada tahun 2001 ketika Mahfud MD masih di PKB, tokoh ini sempat menaruh kekecewaan yang besar terhadap PKS karena tidak ikut membela Abdurrahman Wahid ketika dilengserkan dari kursi presiden RI. Wajar jika pada saat PKS terseret-seret pada kasus yang menimpa LHI maka Mahfud MD berkomentar cukup sinis.
4. LSM
ICW adalah satu-satunya LSM yang begitu getol mewacanakan pembubaran PKS. Mereka adalah narasumber yang paling diburu oleh para wartawan selain KPK. Akhirnya, toh terkuak juga apa motif dibalik semangat ICW mem-bully PKS habis-habisan. Sikap berbeda justeru mereka tunjukkan pada kasus-kasus besar yang didiamkan KPK. ICW diam ketika KPK terpaksa harus memeriksa Sri Mulyani di Amerika sebagai saksi kasus Century, ICW ‘no comment‘ ketika Muhamad Nazarudin menyebut seluruh anggota Fraksi Demokrat ikut menerima uang dari Nazaruddin, ICW juga diam seribu bahasa ketika Abraham Samad tidak menepati janjinya untuk mundur dari KPK dan pulang kampung jika kasus Century tidak tuntas dalam setahun. Catatan terpenting tentang ICW yang paling menghebohkan adalah tentang dana pihak asing yang mengucur ke ICW. Dana 45,470 ribu dolar AS itu dikucurkan melalui Bloomberg Initiative yang merupakan milik dari seorang taipan dan politisi Yahudi yang juga Walikota New York, Michael Bloomberg. Oh ya Bang Teten Masduki, boleh tau gak, apa sih pesan yang dititipkan om Bloomberg pada ICW? Jika alasannya dana itu untuk kampanye anti rokok pada anak-anak kenapa tidak diserahkan saja pada bang Aris Merdeka Sirait yang ketua KPAI? ICW kok ngurusin anak-anak!
5. (Operasi) Intelejen
Kecurigaan ini wajar-wajar saja ada mengingat kepemimpinan saat ini diketahui memiliki hubungan yang tidak biasa dengan poros kekuatan barat yang dikendalikan Amerika. Kekhawatiran pihak luar tidak perlu diherankan lagi setelah munculnya kekuatan Islam baru di Mesir, Turki, dan Hamas di Palestina. Bangkitnya poros kekuatan Islam hanya tinggal menunggu hadirnya pemimpin Muslim sejati dari Asia setelah ada Mursi dan Haniyah dari poros Afrika, Erdogan dari poros Eropa. Kebangkitan Islam yang ditakuti Amerika dan Israel kini telah memunculkan awan mendung di dunia barat. Intelejen dalam negeri pun jika dicermati komentar-komentar mantan kepala BIN, Hendro Priyono, tak kalah gerahnya dengan partai ini.
Apapun akhir dari kasus atau skenario ini akan sangat berarti bagi PKS. Harapannya tentu akan berakhir dengan husnul khotimah. Laksana sebuah fenomena alam berupa cuaca ekstrim maka keadaan ini tentu tak akan terjadi selama-lamanya. Selanjutnya apakah LHI akan menghadapi peradilan yang benar atau sesat? Kita tunggu dan kita awasi bersama! Semoga masih ada hakim yang karena rasa takutnya kepada Allah ia dapat mengadili dengan kejujurannya, bukan dengan kebencian atau kejahilannya.
Oleh :Defra Ekasakti
http://muslimina.blogspot.com/
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..