|  Begitu
 dingin sore ini, seharusnya aku dapat menuai  senyuman dan tawa maupun 
canda di tempat ini. Tawa riang, mungilnya suara –  suara yang 
menggemaskan. Hmmm, ternyata tetap saja tak mampu mengusir segala  
keresahanku. Senyuman mereka mungkin setidaknya dapat menghilangkan  
kepenatanku. Pertanyaan yang kritis tapi tetap polos, :)  …...... 
 Ku
 lihat langit   mendung membingkis keindahan senja yang biasanya ada. 
Suasana begitu  dingin dan sepi. Sementara sorak ramai mengusik 
sekitarku. Bak lagu Dewa  “kosong....” Seketika aku tak dapat bernafas 
kala mengingat dan merasakan  perasaan itu hadir lagi. Seperti badai 
angin yang begitu besar telah menghempas  keras dalam dadaku. Sesak. 
Haruskah aku menangis lagi? Sementara bilik – bilik  kerinduan tak akan 
cukup tertawarkan oleh itu. Ya Tuhan.. tolong aku.
 
 Terkadang 
begitu ingin aku berlari, pergi sejauh mungkin  dari keberadaanku saat 
ini, meninggalkan apapun yang ada di sini. Dan tak mau  aku sisakan apa 
yang sudah aku lewatkan. Akan tetapi tak bisa, aku tak bisa.  Semua 
terekam jelas pada bayangan dan ingatanku. Kenangan. Yah, itulah  
kenangan. Namun bukankah sikap meninggalkan sesuatu hal yang harus kita 
 selesaikan, kita  tuntaskan dan berpura  tak peduli atau acuh itu hanya
 akan dilakukan oleh seorang pengecut /  pecundang? . Ku rasa aku tidak 
mau memantaskan diriku dengan sebutan itu.  Tidak, insya Allah tidak.
 
 Kehidupan  mempunyai jalur sendiri...
 dimana ada hitam dan putih, dimana ada beragam warna  yang 
mengentaskan segala asa dan rasa. Bagaimanapun bentuk dan rupa, 
kehidupan  bersama ujian ada tugas dari-Nya. Tidaklah manusia diciptakan
 untuk juga  menjalankan amanahnya? Semua adalah pemimpin mulai dari dan
 untuk dirinya  maupun bersama. Dan dalam berbagai kehidupan ini ada 
bermacam pilihan, dimana  keputusan dalam pilihan itu membawa resiko dan
 tanggung jawab. Yah, dan di  situlah tanggung jawab penuhku sebagai 
manusia yang diciptakan-Nya, ku harus  lebih paham. Aku tahu, aku tak 
punya kekuasaan apapun dalam kehendakku, karena  aku bukan siapa -siapa 
di sini, bukan dunia yang kejam jika saja selalu  kepahitan yang aku 
telan, Tuhan tidak akan mungkin mendzalimi hamba –  hamba-Nya. Berfikir 
saja jika ada ujian dan cobaan karena Tuhan maukan kita  lebih menjadi 
pribadi yang handal dan kuat , lebih kuat lagi dalam kehidupan.  Insya 
Allah.
 
 Namun memang, semua itu beratlah adanya untuk  dijalankan.
 Keikhlasan, tak dapat kita lakukan dengan sekejap dan instan.  
Terkadang kesakitan dan luka – luka ini akan terbiarkan dengan 
berjalannya  waktu hingga itu menjadi keikhlasan yang terurai dan 
menghambar bersama masa –  masa yang berlalu dari hadapan kita.
 
 Kadang
 aku berfikir saat aku benar - benar lelah dan  tertekan ku coba 
berfokus pada keinginanku betapa inginya aku dapat lebih tulus  untuk 
menjalankan semua ini, jika saja tiada tempat untukku melabuhkan kasih  
sayang dan cinta, bukankah ada Tuhan? Ada Allah SWT yang selalu ada 
untukku,  walaupun tak mampu aku mengingkari aku butuh seseorang yang 
dapat berbagi suka  duka denganku dengan ikatan yang halal.hmm ya ya ya,
 
 Kondisi
 yang menekan  sering menjadikan aku bersuara dalam hati “ biarkan saja 
yang menyakiti bersama  hati dan hak mereka, dan inilah ujian kesabaran 
yang sebenarnya, bukankah  ikhlas itu tak akan pernah kita ketahui 
dimana ujungnya karena itu rahasia  Allah dan hamba-Nya  yang telah  
diridhoi-Nya. Sekalipun memberikan yang terbaik, kadang tak kebaikan 
pula yang  ku dapat, dan meskipun aku berusaha untuk menjaga dan 
mengamalkan kejujuranku  dengan pengertian demi pengertian  tapi  
ternyata masih ada dusta  yang dapat  melukaiku tanpa rasa peduli. Atau 
bahkan dapat menghancurkan utuhnya percayaku.  Tak kan berhenti saja di 
situ, masih ada lagi, tetapi  karena kasih sayang-Nya, cinta-Nya  
mengajarkan aku untuk memaafkan. Mungkin itulah kenapa aku merasakan 
betapa  pedulinya aku pada jiwa – jiwa yang selalu saja menyakitiku. 
Mereka tak akan  pernah tau, mungkin untuk sekarang, namun ku yakin 
sebuah kesabaran dengan  sabar yang baik, itu pasti akan terasa. 
Bukankah aku pernah mengucap “ apapun yang dari hati, akan tersampai pula pada hati”.
  Rasanya memang kadang menyedihkan, karena aku seperti menghibur diriku
 sendiri,  meleram keresahanku dan gelisahku. Padahal itu tak mudah. 
Bagaimana aku dapat  berkata itu gampang? Jika saja aku selalu belajar 
dari apa yang telah aku  dapatkan hari ini. Sementara semua juga butuh 
waktu untuk mencernanya, masya  Allah walhamdulillah ala kuli hal.
 
 
 
Aku dapat  menangis, karena aku manusia, tentu saja tambahannya karena aku ini wanita. Akan tetapi air  mata bukan segalanya di atas pusara yang pedih ini.
 Duka tak dapat  menutup nestapa dan hampa.
 Semua menjadikan  aku belajar lebih bijaksana dalam segi sudut pandang pun juga pemahaman.  Alhamdulillah.
 
Tuhan
 Maha Adil, Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Dan  Dia selalu 
mempunyai cara untuk menyampaikan kecintaan-Nya kepada hamba-Nya.
 
 Ujian
 yang besar, mungkin dapat mengahncurkan segala  impian, tapi bukankah 
bisa saja apa yang tidak kita sukai itu adalah pesan  kasih sayang-Nya, 
dan apa yang kita sukai dan kita bisa sakit di dalamnya itu  pun karena 
Tuhan juga tak ingin kita menemukan kesalahan yang sama. Selalu ada  
cinta dari-Nya dalam bentuk apapun yang Ia suguhkan pada kita. Allahu 
Akbar...,  betapa dahsyatnya rasa ini.
 
 Dari sisa kehancuran itu, 
ku berfikir  bahwa Tuhan akan  menciptakan seseorang  yang “besar” yang 
tegar, dan yang kuat, dan  itulah pilihan-Nya, wallahu Alam. Memang 
pedih di saat kita butuh seseorang  yang mampu menopang kita dalam 
kerapuhan namun itu tidak ada, atau bahkan  mereka tak peduli pada kita,
 tapi mungkin juga   dari situ aku juga merasa, bahwa aku ini   milik 
Dia seutuhnya. Tuhan pun selalu merindukan kita yang merintih  meminta 
dan berdoa hanya pada-Nya. Terkadang   tak jarang prasangka curiga 
mampir dalam hati, tapi setelahnya, ku coba  berbalik lagi berkata pada 
hatiku sendiri, perlahan ku kikis serabut hitam  dalam hulu putihku, dan
 belajar bertahan untuk lebih percaya,
 
 “ sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan, sesudah  kesulitan adan kemudahan” Subhannallah.., Walhamdulillah.
 
 Tiada
 yang berkurang sampai hari ini, bagi jiwa – jiwa  yang pernah 
mengahncurkanku, yang sempat menghempaskan aku dalam jurang yang  
paling.....dalam, sekalipun hantaman keras itu membuat hatiku membiru 
karena  kepalsuan, dan membuat aku terbaring lemah dalam panjangnya 
kebisuan, Sungguh  Maha Besar Allah yang telah memberikan kasih sayang 
dan pengertian yang tulus  padaku. Hingga aku dapat mengatakan “ dan karena cinta itu memaafkan..., menerima,  mengsisi, dan juga mengerti”
 Sekarang
 mungkin lebih tepatnya adalah untuk bersyukur,  bahwa aku.. ataupun 
kita dapat mencintai, dan tak dapat membenci seseorang yang  kita 
sayangi walau itu sungguh terasa sakit.
 
 Sakit dalam mencintai, 
mengasihi, dan menyayangi adalah  bukti kesungguhan dari hati dan nurani
 yang mau mengerti dan memahami. Mungkin  terasa pedih bak luka yang 
tersiram oleh air garam yang asin, ….......sakit.  Perih sekali. Akan 
tetapi itulah kejujuranku, itulah hatiku, itulah nuraniku,  jangan 
pernah salahkan perasaan yang putih ini. Inilah kesiapan, dan  
kebersediaan untuk rasa itu, mencintai. Mencintai membuat kita belajar 
dewasa  dan mengerti. Hanya akan ada jiwa dan yang tulus yang dapat 
mengerti..., ketika  pengertian itu tak berpihak padanya, ketika harus 
sabar dalam keinginannya,  saat terpaksa untuk menunggu ketika semua tak
 dapat dilakukan dengan cepat dan  segera,  dan kala dapat melihat 
kesalahan  dan suatu permasalahan dari berbagai sisi dengan beberapa 
penilaian yang telah  ia ambil bersama pertimbangan – pertimbangan yang 
matang, insya Allah.
 
 Aku selalu berharap pada-Nya, semoga tulus 
ini tidak  akan pernah usang karena bala dan derita yang ada, biarkan 
selalu mekar dalam  kegersangan. Dalam air mata ku bahagia, aku sangat 
bahagia, karena aku dapat  mencintainya, mereka, dan aku dapat mengasihi
 semua jiwa yang pernah melukai  dan mencaci, begitu dan betapa mereka 
itu adalah berharga. Lebih dari harta dan  intan permata.
 
 Ku 
tutup lembaran ini, dengan lirihnya doa ku dalam  hati, ku seka perlahan
 air mata yang sedari tadi kupertahankan untuk tetap  dalam kelopaknya.
 
 Ya Allah..., Tuhanku,  Sungguh tiada daya dan upaya melainkan dari Rahmat-Mu, dan Pertolongan-Mu.
 
 Sayangi mereka ya Tuhan...,  ketika kasih sayangku tak dapat tersampaikan dalam kejauhan mereka sat ini  berada,
 
 Jaga mereka untukku, ketika  penjagaanku tak  mampu melewati batas  jarak ruang dan waktu..
 dan Cintai mereka, ketika  aku nanti tak mampu untuk mencintai lagi di dunia ini.....
 Amien.....,
 
 Ratih Septiana
 white_roses_fromfs@yahoo.co.id
 
 blog
 
 |