Pada suat hari Sultan Harun al-Rasyid memanggil sepuluh orang
Menterinya “Kalian tahu didepan Istana ini ada sebuah kolam. Aku akan
memberikan masing-masing sebutir telur kepada kalian, menyelamlah kalian
ke dalam kolam itu dan kemudian serahkanlah telur-telur itu kepadaku
apabila kamu muncul kepermukaan. Aku ingin tahu kepandaian Abu Nawas.”
Kemudian sultan menyuruh memanggil Abu Nawas ke Istananya. Kepada Abu
Nawas dan kesepuluh orang menterinya itu Sultan bertitah, “Kamu
sekalian aku perintahkan turun ke dalam kolam itu, menyelam, dan apabila
muncul kepermukaan serahkanlah kepadaku sebutir telur ayam. Barangsiapa
tidak menyerahkan telur, niscaya mendapat hukuman dariku.”
Mencari
telur didalam air? Pikir Abu Nawas, sambil memandang kepada
Mentri-mentri itu. Mereka tampak takzim dan siap melaksanakan perintah.
“Adakah ayam betina di dalam kolam itu?”
Hari pun malamlah, keesokan harinya, pagi-pagi benar, mentri-mentri
itu menyelam kedalam kolam, dan ketika muncul dari dalam kolam,
masing-masing membawa sebutir telur dan menyerahkan kepada Sultan. Abu
Nawas tidak kunjung muncul di permukaan kolam, ia berenang kesana-kemari
mencari telur.
Di koreknya dinding kolam, namun tak juga ditemukannya.
Setelah capek mengitari dasar kolam, terpikir dalam benaknya bahwa ia
dianiaya oleh Sultan. Maka ia pun berdoa kepada Tuhan mohon keelamatan.
Keluarlah ia dari kolam dan naik ke darat. Didepan Sultan ia
berkokok-kokok dan berjalan laksana seekor ayam jantan.
“Hai, Abu Nawas mana janjimu? Kata Sultan, semua orang ini
masing-masing telah menyerahkan sebutir telur kepadaku, hanya kamu yang
tidak, oleh karena itu kamu akan aku beri hukuman.”
Sembah Abu Nawas, “Ya tuanku Syah Alam, yang mempunyai telur adalah
ayam betina, hamba ini ayam jantan, membawa anak ayam jantan, lagi pula
berkokok, telur hanya dapat dihasilkan oleh ayam betina. Jika ayam
betina tidak berjantan, bagaimana ia akan dapat telur.”
Demi mendengar alasan Abu Nawas, Sultan pun tidak dapat berkata
apa-apa karena memang sangat tepat. Sultan dan semua menterinya hanya
bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
Sumber Kisah Alkisah nomor 07 / 29 Maret – 11 April 2004
0 Komentar:
Posting Komentar
Kehormatan buat kami jika selesai baca Anda beri komentar atas Artikel ini....tapi, Mohon Maaf kawan Komentarnya yang sopan ya....he..he..he..